Kekalahan telak dari mereka memberi banyak pelajaran bagi pemain. Kami akan tampil berbeda di final. Thailand tak akan kami biarkan leluasa seperti saat pertemuan pertama di babak penyisihan
Jakarta (ANTARA News) - Waktu mengadili, dan kebebasan menyibak kemenangan. Apa makna pernyataan itu bagi skuad "Garuda Muda" untuk meraih keping emas SEA Games 2013?

Bagi timnas Indonesia, bermainlah dengan lepas bebas tanpa beban menghadapi lawan, berbekal kesadaran bahwa negeri ini mendambakan kemenangan yang menyuburkan semangat mengindonesia.

Mengindonesia sebagai kata kerja, bagi tim nasional Indonesia U-23, yakni mengalahkan Thailand di partai final cabang sepak bola SEA Games 2013, yang digelar di Stadion Zayyarthiri, Naypyidaw, Sabtu, pukul 19.30 WIB. Pertandingan itu akan ditayangkan secara langsung oleh SCTV dan TVRI.

Mengindonesia, bagi tim nasional Indonesia U-23, mengakhiri penantian bangsa ini selama 22 tahun untuk memperoleh medali emas SEA Games.

Hanya dengan pikiran yang jernih, kehendak yang membara, dan hasrat untuk menang, maka Bayu Gatra dan kawan-kawan mampu menjebol gawang skuad Gajah Putih.

Thailand di bawah asuhan pelatih Kiatisuk Senamuang bukan tim yang tidak bisa dikalahkan, meski Indonesia pernah takluk 1-4 di penyisihan Grup B. Resepnya, tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, karena hanya orang bodoh yang terantuk di batu yang sama.

Melawan Thailand, bukan hal simpel. Mereka mengandalkan organisasi penyerangan yang rapi dan menerapkan disiplin yang mumpuni dalam melapis pertahanan.

Begitu kehilangan bola, barisan pertahanan mereka akan secepat kilat menutup ruang pergerakan lawan dengan mengandalkan pergerakan efektif empat pemain pilar, masing-masing Parapat, Tababon, Prawenwat, Theraton.

Disebut-sebut bahwa karakter bermain Indonesia hampir mirip dengan Thailand. Kedua tim sama-sama punya barisan depan yang mampu berperan sebagai predator.

Di kubu Indonesia, ada Yandi, Bayu, dan Fandi. Di kubu Thailand, ada Chanatip, Adisak, dan Thipan. Laga final ini jelas-jelas menyajikan adu tajam di lini depan, dan adu lihai memorakporandakan pertahanan masing-masing lawan.

Motivasi Indonesia sedang berada di atas angin setelah mengempaskan Malaysia 4-3 lewat babak adu penalti setelah bermain imbang 1-1 hingga babak tambahan, sementara Thailand melaju berkat kemenangan 1-0 atas Singapura.

Berbekal motivasi untuk "mengindonesia", maka ada tiga pekerjaan rumah bagi skuad Garuda Muda. Pertama, jangan beri ruang gerak leluasa lawan, untuk itu gelandang-gelandang pekerja Indonesia yang dimotori oleh Pellu dan Dedi perlu ekstra kerja keras "merusak" ritme permainan Thailand, dan lebih berani mengganggu penguasaan bola para pemain lawan.

Thailand punya barisan gelandang yang memiliki kecepatan dan mengandalkan ketangguhan. Pergerakan mereka dinamis, mencari ruang leluasa untuk membidik lubang pertahanan lawan. Ini lantaran pelatih Senamuang boleh jadi menerapkan formasi 4-3-3, dengan bertumpu kepada tiga gelandang serang yakni Charry, Pokkao, Chutipol.

Pekerjaan rumah kedua ditujukan kepada barisan pertahanan Indonesia, yakni Diego, Syaifudin, Manahati, Alfin.

Pengambilan posisi yang tepat, ketenangan mengantisipasi pergerakan setiap lawan utamanya saat berada di area penalti daerah sendiri, dan tetap tampil fokus menjaga setiap jengkal wilayah pertahanan, menjadi hal yang mutlak dilakukan keempat pemain itu.

Dalam pertandingan kali lalu, para pemain Thailand banyak melepas operan-operan panjang langsung ke jantung pertahanan Indonesia.

Tinggal sekarang, apakah barisan pertahanan Indonesia punya ketahanan fisik dan mental untuk meladeni kecepatan para pemain depan Thailand yang nota bene siap tampil ngotot.    

Acungan jempol secara khusus dapat diberikan kepada duet Manahati dan Syaifudin ketika keduanya mampu menghalau pergerakan para pemain depan Malaysia.

Untuk Diego dan Alvin, perannya ketika menghadapi Thailand, perlu lebih fokus ke lini pertahanan, meski masih terbuka opsi bagi keduanya mendukung lini tengah skuadnya.

Meski ada ungkapan klasik bahwa "bertahan yang baik adalah menyerang", maka kali ini hasrat untuk "bertahan yang baik adalah bertahan" perlu dipertimbangkan oleh pelatih Rahmad Darmawan ketika menghadapi Thailand. Alternatifnya, skuad Garuda Muda dapat melakukan serangan balik yang cepat untuk membuat kejutan bagi lawan.

Ketiga, tim Indonesia sedapat mungkin mengurangi kesalahan elementer yang dapat dimanfaatkan Thailand. Tampil fokus selama pertandingan dan tidak panik ketika lawan menyerang, menjadi pelajaran bermakna dari kekalahan Indonesia.

Dan ada satu pelajaran bermakna bahwa pada 2011, Indonesia juga mencapai final. Namun, saat itu Titus Bonai dan kawan-kawan gagal meraih emas setelah ditaklukkan Malaysia 3-4 lewat babak adu penalti setelah bermain imbang 1-1 hingga babak tambahan.

Komentar dua pelatih:

Rahmad Darmawan (Indonesia):
"Permainan Thailand sebenarnya tidak superior. Mereka hanya diuntungkan kepanikan kami yang mental bertandingnya runtuh setelah terjadi gol cepat yang dibuat lawan. Tak ada lagi cerita mereka akan dengan mudah mereka memasuki area penalti untuk menciptakan peluang-peluang mencetak gol."

"Kekalahan telak dari mereka memberi banyak pelajaran bagi pemain. Kami akan tampil berbeda di final. Thailand tak akan kami biarkan leluasa seperti saat pertemuan pertama di babak penyisihan."

"Tadi, saya gambarkan jika Thailand tidak spartan dalam 90 menit dengan tempo sama. Selalu babak kedua permainan mereka menurun di 30 menit awal. Itu juga terjadi saat mereka melawan Singapura...Gaya bermain Thailand hampir sama dengan Myanmar dan Malaysia. Mereka cenderung menunggu lawan."

"Dalam sistem turnamen seperti ini tidak ada tim yang performanya terus terjaga atau stabil. Pasti ada turun naiknya. Sekarang kami memiliki situasi yang sama dengan Thailand."

Kiatisuk Senamuang (Thailand):
"Saat penyisihan, saya selalu bilang bahwa Indonesia tim yang punya kualitas dan punya mentalitas pemenang. Mereka menjadi lawan yang tak boleh dipandang remeh karena telah mengatasi berbagai tekanan."

Prakiraan susunan pemain:

Indonesia (4-2-3-1):

Meiga (penjaga gawang), Diego, Syaifudin, Manahati, Alfin, Pellu, Dedi, Ramdani, Fandi, Bayu, Yandi
Pemain cadangan:
Andritany, Syahrizal, Fandi Eko Utomo, Ferinando Pahabol, Roni Esai, Nelson Alom, Egi Melgiansyah, Andik Vermansah, Dendi Santoso, Andri Ibo

Thailand (4-3-3):
Ukrit (penjaga gawang), Parapat, Tababon, Praweenwat, Therathon, Charry, Pokkao, Chutipol, Chanatip, Adisak, Thipan.
Pemain cadangan:
Charin San-ear, Kroekrit, Thawikan, Serawut Musuk, Sakolwach Sakola, Narubadin Werawatnodom, Chanan Pombubpha.

Prediksi hasil laga (Goal.com):    

* Indonesia U-23 2-1 Thailand U-23 (28,71 persen)
* Indonesia U-23 1-0 Thailand U-23 (17,7 persen)
* Indonesia U-23 2-0 Thailand U-23 (17,23 persen)

Head-To-Head:

SEA Games (SEAG)
12 Des 2013     Indonesia U-23 1 - Thailand U-23 4     
13 Nov 2011     Indonesia U-23 3 - Thailand U-23 1     

Lima Pertandingan Terakhir:

Indonesia U-23  
19 Des 2013    Malaysia U-23 1 - Indonesia U-23 1    SEAG
16 Des 2013    Indonesia U-23 1 - Myanmar U-23 0    SEAG
14 Des 2013    Timor Leste U-23 0 - Indonesia U-23 0    SEAG
12 Des 2013    Indonesia U-23 1 - Thailand U-23 4    SEAG
9 Des 2013    Kamboja U-23 0 - Indonesia U-23 1    SEAG

Thailand U-23  
19 Des 2013    Thailand U-23 1 - Singapura U-23 0    SEAG
16 Des 2013    Thailand U-23 0 - Kamboja U-23 0    SEAG
14 Des 2013    Thailand U-23 1 - Myanmar U-23 1    SEAG
12 Des 2013    Indonesia U-23 1 - Thailand U-23 4    SEAG
7 Des 2013    Timor Leste U-23 1 - Thailand U-23 3    SEAG

Narasi prediksi:

* Kedua tim sama-sama termotivasi meraih medali emas. Salah satu faktor penentu, yakni kebugaran fisik dan kedisiplinan para pemain kedua tim amat menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang pada laga final nanti.

* Baik pemain Indonesia maupun Thailand hanya punya waktu satu hari untuk memulihkan kondisi fisik, karena mereka melakoni laga semifinal, Kamis (19/12). Tinggal sekarang, apakah kedua tim punya "senjata rahasia" untuk menemukan solusi jitu guna menutup kelelahan fisik pemain dari masing-masing tim? Jawabannya, terpulang kepada kelihaian dan ketelitian masing-masing pelatih memotivasi anak asuhannya.

* Bagi kubu Indonesia, jangan sampai kebobolan gol lebih dulu. Ini sedikit banyak mempengaruhi mental bertanding sebagaimana  terjadi pada fase penyisihan grup B melawan Thailand.

" Para pemain depan Thailand punya naluri tajam mencetak gol. Top skor Thailand justru seorang bek, Pravinwaat Boonyong, yang sudah mengemas tiga gol. Ini membuktikan, Thailand berbahaya di semua lini.

* Apakah Rahmad Darmawan akan mengubah pola 4-2-3-1 menjadi 4-4-2 ketika menghadapi Thailand? Ini sedikit banyak ditentukan oleh pola Thailand yang banyak memanfaatkan serangan dari sisi sayap kanan dan kiri untuk membongkar pertahanan timnas U-23.

* Terbuka kemungkinan bahwa adu penalti bakal terjadi lagi. Kedua tim sama-sama bentrok pada pertandingan final SEA Games 1991 dan 1997. Baik Indonesia maupun Thailand dapat saling mengalahkan dalam dua laga final itu melalui adu penalti.

Prediksi hasil laga menurut editor Antaranews.com:
Indonesia: 2
Thailand: 0

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013