Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto mengatakan, kaum intelektual termasuk mereka yang bernaung di bawah Pengurus Pusat Muhammadiyah berkewajiban untuk mencerahkan rakyat tentang betapa pentingnya suara dan pilihan mereka dalam Pemilu Presiden 2014.

"Para intelektual bertugas mencerahkan rakyat supaya tidak salah pilih pada Pemilu Presiden 2014, karena itu menentukan nasib bangsa Indonesia ke depannya," kata Wiranto dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk "Visi Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Jumat.

Menurut Wiranto, tahun 2014 merupakan saat-saat Indonesia menemui jalan simpang yang menentukan nasib bangsa Indonesia.

Pada saat itulah ia berharap kaum intelektual dapat memenuhi peran dan kewajiban mereka sebagai pandu bagi masyarakat.

"Sebab jalan simpang ini akan menuju pada dua arah, yang satu jalan terjal dan jauh dari keadaan baik, yang lain jalan yang nyaman menuju Indonesia yang lebih baik. Di jalan simpang ini intelektual harus menjadi pandu bagi rakyat," katanya.

Di sisi lain, Wiranto juga menyebutkan saat ini rakyat masih belum mendapati kesadaran penuh atas risiko apa yang dihadapi dalam Pilpres 2014 mendatang.

"Mereka kebanyakan belum paham bahwa kala memilih pemimpin nasibnya digadaikan untuk sedikitnya lima tahun ke depan," katanya.

Sebelumnya, Wiranto sempat mengatakan bahwa para calon presiden di masa kini sudah tidak perlu muluk-muluk menyusun mimpi Indonesia baru, melainkan hanya berkewajiban melanjutkan visi para pendiri bangsa, sebagaimana tertuang dalam alinea kedua pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

"Sebenarnya capres siapapun tidak usah pusing, karena visi negara sudah dicanangkan para bapak bangsa. Tertuang dalam alinea kedua, yaitu menciptakan masyarakat yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur," katanya.

Selain Wiranto Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah juga menghadirkan sejumlah pembicara lain yaitu Ketua MPR RI Sidharto Danusubroto, Presiden PKS Anis Matta, Wakil Ketua Umum DPP PAN Drajad Wibowo dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Sharif Cicip Sutarjo.

Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, ada keruntuhan kedaulatan bangsa di tengah arus globalisasi yang dihadapi Indonesia dalam kata sambutannya.

"Kami menilai ada masalah terkait runtuhnya kedaulatan terutama di tengah globalisasi kita tidak bisa mempertahankannya (kedaulatan)," kata Din.

Dia menilai, dinamika yang terjadi dalam globalisasi seharusnya mampu mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat.

(G006/Z002)

Pewarta: Gilang G
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014