Jakarta (ANTARA News) - Empat partai Islam yakni Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Perti pada awal dekade 1970-an memutuskan untuk membentuk fusi guna melahirkan embrio partai baru.

Dari ide empat partai itulah, pada 5 Januari 1973 lahir Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memproklamirkan diri sebagai "Rumah Besar Partai Islam".

Terdapat lima tokoh yang sangat berperan penting dalam proses deklarasi partai ini yaitu Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama Idham Chalid, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Mohammad Syafaat Mintaredja,  Ketua Umum PSII Anwar Tjokroaminoto,  Ketua Umum Partai Islam Perti Rusli Hali dan Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR Mayskur.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP yang pertama adalah Mohammad Syafaat Mintaredja.  Pada awalnya,  PPP juga mengenal sistem presidium partai yang terdiri dari Presiden Idham Chalid, dan sejumlah Wakil Presiden yakni Mohammad Syafaat Mintaredja, M.Gobel, Haji Rusli Halil dan Masykur.

Sejarah mencatat iklim politik yang otoriter pada era Orde Baru pernah memaksa PPP untuk mengubah haluan dari Partai Islam menjadi partai berasas Negara Pancasila.

Lambang Ka'bah yang menjadi simbol kuat PPP pun diganti menjadi lembang bintang segi lima.

Namun, selama 17 tahun, ditandai dengan runtuhnya rezim orde baru, asas Islam kembali menjadi ideologi PPP. Lambang bintang segi lima pun dihapus dan kembali ke Ka'bah.

Mengusung ideologi Islam, PPP menyatakan komitmennya untuk mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti termuat pada Pasal 5 Anggaran Dasar PPP dan ditetapkan pada Muktamar VII Bandung 2001.

PPP, dalam pasal itu, menegaskan tujuan partai adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.

Setelah Syafaat mengundurkan diri, tampuk pimpinan diisi oleh H. Jailani Naro, kemudian berturut-turut H. Ismail Hasan Metareum, H. Hamzah Haz, dan sejak 2007 hingga kini partai dipimpin oleh Suryadharma Ali.

Dalam kepemimpinan Suryadharma Ali di Pemilu 2009, PPP mendapat 5.533.214 suara atau 5,3 persen suara. Perolehan itu setara dengan 38 kursi  di DPR.

Menatap Pemilu 2014, PPP, yang mendapat nomor urut sembilan ini, menyatakan akan mendeklarasikan bakal capresnya pada Februari 2014 sebelum Pemilu Legislatif. Beberapa kalangan memprediksikan Suryadharma Ali akan maju sebagai bakal capres.

Pada akhir 2013, PPP juga sempat memunculkan wacana untuk membentuk kembali koalisi partai tengah, yang banyak dihuni oleh partai-partai berbasis massa Islam. Poros tengah ini sebelumnya pernah diwujudkan pada Pemilu 1999, dan sukses mengantarkan Abdurrahman Wahid dari Partai Kebangkitan Bangsa menjadi Presiden RI.

Namun, gagasan dibentuk kembalinya koalisi partai tengah masih berkembang, sementara banyak pihak menilai sekat-sekat ideologi Islam dalam partai berbasis massa Islam sudah memudar.

Susunan Pengurus:
Ketua : Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si.
Sekjen : Ir. H. M. Romahurmuziy, MT
Bendahara : Drs. H. Mahmud Yunus

Alamat Kantor DPP : Jalan Diponegoro No. 60, Jakarta 10310
Telp : 021- 31926164 021- 31936338
Fax : 021- 3142558

Situs : www.ppp.or.id
Twitter : @DPP_PPP

Pewarta: Indra
Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2014