Jakarta (ANTARA News) - Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendy Gazali menilai, penolakan terhadap Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R), merupakan bukti yang tidak terbantahkan adanya keretakan koordinasi antara Presiden dan Wakil Presiden. "Tidak bisa lagi tertutupi kalau keretakan itu sudah terjadi. Apalagi yang berkomentar dari tokoh-tokoh politik Golkar, sehingga menunjukkan betapa Golkar sekarang solid dalam menghadapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Effendy Gazali di Jakarta, Senin. Staf pengajar di Program Pascasarjana Ilmu komunikasi UI itu mengemukakan pandangannya berkaitan dengan masih "diteruskannya" unit kerja Presiden yang mendapat tentangan keras dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga adalah Ketua Umum Partai Golkar. Menurut doktor komunikasi dari Belanda itu, unit kerja Presiden merupakan bukti ketidakmampuan tim Susilo Bambang Yudhoyono dalam melakukan komunikasi politik di level basic. Semestinya Presiden dan timnya sudah melakukan pengkondisian dulu dengan meminta komentar dari banyak pihak sebelum mengambil keputusan. "Ini merupakan kegagalan besar bagi kubu SBY dalam membangun komunikasi politik. Image tentang hubungan Presiden dan Wakilnya kini runtuh," ujar Effendy. Presiden menerbitkan Kepres No.17/2006 tetang pembentukan UKP3R 29 September lalu. Reaksi keras seketika datang dari para elit Golkar yang kemudian dilanjutkan dengan ancaman penarikan dukungan politik terhadap pemerintah. Sementara itu, dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Kantor Presiden, Senin Pukul 10.00 WIB dan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tidak tampak Ketua UKP3R Marsilam Simanjuntak di antara mereka yang hadir. Sidang Kabinet yang antara lain mengagendakan soal penyelundupan itu dihadiri hampir semua menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan sejumlah pemimpin Polri dan TNI seperti Kapolri Jenderal Polisi Sutanto, Kasum TNI mewakili Panglima TNI dan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Syamsir Siregar.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006