Ljubljana (ANTARA News) - Slovenia pada Minggu (18/10), memperingatkan terpaksa memperlambat masuknya pendatang yang bertambah pesat dari Kroasia dan Serbia setelah Hungaria menutup perbatasan mereka, karena takut terjadi kepadatan manusia.

Pemerintah di Ljubljana mengatakan mereka tidak mengizinkan masuk sebuah kereta yang mengangkut 1.800 pendatang dari Kroasia, setelah lebih dari 3.000 orang membanjiri negara kecil anggota Uni Eropa itu sehari sebelumnya.

Sekitar setengah dari keseluruhan pendatang telah melanjutkan perjalanan mereka ke negara tetangga, Austria, yang menjadi negara transit bagi puluhan ribu pendatang dan pengungsi, sebagian besar dari Suriah, yang berusaha mencapai Jerman.

Slovenia menekankan akan tetap teguh pada keputusan menangani hingga 2.500 pendatang per hari untuk membantu mengurangi tekanan di perbatasan mereka dan perbatasan Austria.

"Kroasia meminta kami menangani 5.000 pendatang per hari sedangkan Austria mengatakan mereka tidak bisa mengatur lebih dari 1.500 orang per hari," ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri Slovenia Bostjan Sefic dalam konferensi pers di Ljubljana.

Tekanan di Kroasia meningkat setelah Hungaria menutup perbatasan mereka bagi pendatang dengan memasang kawat berduri di tembok perbatasan pada Sabtu, dengan tujuan memblokir aliran pengungsi yang menyelamatkan diri dari perang dan kemiskinan yang melanda Timur Tengah, Afrika, serta Asia.



Takut Melampaui Batas

Satu bulan lalu, Budapest telah menyegel perbatasannya dengan negara non-Uni Eropa, Serbia, mengakibatkan arus pendatang bergerak ke perbatasan Kroasia.

Slovenia khawatir jika Kroasia terus menerima pendatang lebih dari yang mereka mampu kirimkan, maka akan mengakibatkan meluapnya pendatang.

"Kami sedang mempertimbangkan tindakan," kata Sefic.

Slovenia pada Sabtu menyatakan akan mengerahkan tentaranya untuk membantu polisi perbatasan dengan logistik dan peralatan.

"Bantuan tentara bukan berarti ada situasi luar biasa di Slovenia. Pemerintah hanya ingin mengontrol situasi di perbatasan," ujar Perdana Menteri Slovenia, Miro Cerar.

Sekitar 300 kilometer sebelah tenggara Ljubljana, 2.000 pendatang sedang mengantre di perbatasan Serbia-Kroasia.

Ratusan orang, beberapa mengenakan jaket atau selimut yang diberikan para relawan, duduk di potongan-potongan kardus di tanah sambil menunggu, sedangkan anak-anak berlarian dan tertawa-tawa sambil bermain bersama.

"Kami sudah di sini sejak pukul 7 pagi dan saya sangat lelah setelah 48 jam perjalanan di bus," kata Rawan (23), seorang pendatang dari Damaskus yang membantu para relawan dari Republik Ceko menjelaskan pada pengungsi tentang apa yang terjadi.

"Kami hanya ingin melanjutkan perjalanan dan berharap bisa melintasi perbatasan sebelum gelap," ujar Rawan yang bepergian dengan ayah dan saudara perempuannya berusia 12 tahun.

Setelah memasuki Kroasia, para pendatang akan dibawa dengan bus ke pusat pengungsian di Desa Opatovac. Dari sana mereka akan menggunakan kereta atau bus ke Slovenia.

"Semua proses jadi melambat setelah Hungaria menutup perbatasan mereka," kata petugas polisi di perbatasan Berkasovo di perbatasan Serbia, kepada AFP.

(Y013/G003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015