Jakarta (ANTARA News) - Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad berpendapat reklamasi Teluk Jakarta bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk membangun dari daerah pinggir.

“Urbanisasi banyak ke Jakarta,” kata Chalid kepada wartawan di Jakarta, Minggu (8/5).

Reklamasi 17 pulau akan menambah jumlah orang yang tinggal di ibu kota dan berpengaruh pada pemakaian air tanah.

Jumlah penduduk yang semakin banyak akan berdampak besar pada pemakaian air tanah.

Peningkatan pemakaian air tanah dapat mempercepat penurunan muka tanah sehingga dapat menegakibatkan banjir.

“Ini akan memperparah kondisi lingkungan hidup Jakarta,” kata Chalid.

Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza Damanik pun berpendapat reklamasi dan pembangunan tanggul laut raksasa  tidak sejalan dengan hal yang tertuang dalam cita-cita presiden dalam rangka memulihkan ekonomi desa dan upaya penyelamatan lingkungan.

Selain menimbulkan kerusakan lingkungan dan memiskinan masyarakat, akses ke laut pun menjadi lebih jauh.

Ia berpendapat penurunan muka tanah lebih berpengaruh terhadap banjir di ibu kota dibandingkan dengan kenaikan permukaan air laut.

Menurut lulusan Ilmu Lingkungan UGM ini ada dua skenario dalam menanggulangi banjir di Jakarta, yaitu dengan mengurangi beban bangunan di Jakarta dan menghentikan, atau setidaknya mengurangi pengambilan air tanah yang semakin tidak terkendali.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016