Yogyakarta (ANTARA News) - Ribuan masyarakat Yogyakarta memadati acara malam menjelang Sekaten yang berlangsung Jumat malam atau 11 Maulud 1940 di depan Masjid Gede Kauman, Yogyakarta. Sejak sore, masyarakat telah menunggu upacara yang hanya diadakan setahun sekali itu, sekaligus menikmati pasar malam yang telah berlangsung lebih dari sebulan. Tradisi upacara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang telah ratusan tahun dijalankan Raja Kasultanan Yogyakarta, ditandai dengan pemberian "udhik-udhik" dari Sultan Yogyakarta kepada masyarakat dan upacara "kondur gangsa" (kepulangan gamelan ke Kraton Yogyakarta. Sekitar pukul 20.00 WIB rombongan pemangku Kraton Ngayogyakarta berangkat menuju Masjid Agung. Mereka diiringi para pengawalnya, pasukan Abdi Dalem Prajurit dan Abdi Dalem Sipat Bupati, yang mengenakan busana prajurit Kraton. Lantas Sri Sultan memberikan sedekah kepada ribuan masyarakat yang telah memenuhi tempat berlangsungnya acara sejak sore hari. Pemberian "udhik-udhik" berupa uang receh di Pagongan Selatan dan Utara dilanjutkan di dalam Masjid Agung. Di tempat itu juga dilakukan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Abdi Dalem Penghulu Kraton di hadapan Sultan dan tamu-tamu kehormatan. Hadir dalam acara malam itu para kerabat, pejabat dan masyarakat yang seluruhnya berkumpul di Serambi Masjid Agung. Iring-iringan abdi dalem usai acara kembali ke Kraton Yogyakarta melalui Regol Masjid Agung. Malam harinya, sekitar pukul 23.00 WIB dilanjutkan dengan "kondur gangsa" atau kembalinya gamelan kraton yang telah seminggu berada di Masjid Agung. Gamelan itu diangkat oleh para abdi dalem. Dua perangkat gamelan yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu kembali ke Kraton melalui Alun-alun Utara masuk Pagelaran kemudian melewati Siti Hinggil dan Bangsal Ponconiti.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007