Jakarta (ANTARA News) - Para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta memberikan jawaban yang beragam saat pemandu debat putaran terakhir Pilkada DKI Jakarta, Alfito Deannova, meminta para pasangan calon itu menilai pasangan calon lainnya.

Moderator meminta masing-masing calon menyebutkan sisi positif atau keunggulan pasangan calon lain yang merupakan sikap baik seorang pemimpin. Pasangan calon nomor dua mendapat giliran pertama menjawab pertanyaan itu, disusul pasangan nomor tiga dan satu. Berikut jawaban mereka:


Pasangan nomor dua (Ahok-Djarot)

 ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

"Untuk paslon satu, mereka berani menyampaikan sesuatu meskipun secara aksi di lapangan itu sulit dilaksanakan tapi yakin banget, yakin banget. Saya mengapresiasi, kami menunggu-nunggu siapa yang bisa menyempurnakan program-program yang kami kerjakan," kata Djarot Saiful Hidayat kepada pasangan nomor pemilihan satu.

"Paslon tiga, lebih hebat lagi, pandai membuat suatu opini diawang-awang tapi buktinya susah. Saya ambil contoh, Maaf Pak Anies. Pak Anies pernah menjadi menteri tapi diberhentikan karena tidak cepat mengeksekusi program yang digariskan kabinet," katanya kepada pasangan nomor tiga.

"Tapi yang kami petik dari Pak Anies adalah kesabarannya dan kesantunannya. Pak Sandi juga seperti itu, ada kesabaran kesantunan yang ditularkan kepada kami,  kemudian mendidik kami untuk berubah karena hidup itu belajar," kata Djarot.

Iya menambahkan, "kami mengapresiasi kedua pasangan untuk menciptakan Pilkada yang damai, sejuk, hormat-menghormati karena Jakarta adalah rumah kita bersama."


Pasangan nomor tiga (Anies-Sandi)

 ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Anies Baswedan tidak menjawab pertanyaan moderator yang meminta tiap paslon menyebutkan keunggulan calon lain. Di sisi lain, Anies menekankan bahwa Pilkada DKI bukan tentang siapa pemimpinnya, tapi bagaimana menyiapkan program terbaik untuk warga Jakarta.

"Pertanyaan ini baik, tapi saya ingin menggarisbawahi bahwa pilkada ini bukan soal Anies, Sandi, Agus, Sylvi, bukan tentang Basuki, juga Djarot. Ini tentang warga Jakarta," kata Anies.

"Kami ingin menggarisbawahi, kami hadir di sini berbeda-beda tapi tujuan kita adalah Jakarta yang warganya merasakan kemajuan, kebahagiaan di situ," lanjut dia.

"Kalau dibandingkan mungkin bisa, saya dengan tiga calon kekayaannya paling tinggi Pak Basuki, Agus, kemudian saya. Tapi untungnya wakil saya lumayan kaya, bisa begitu. Atau disebutkan juga, Agus itu gagah, ganteng dan bisa berenang jauh," ucap Anies.

"Alhamdulillah wakil saya melengkapi, bisa berenang juga, ganteng juga, not bad. Artinya kalau sekadar membandingkan kita bisa lakukan itu," ujar Anies. "Saya melihat pasangan kami mencoba mengisi.  Bang Sandi seperti Usman bin Affan yang sudah kaya, sudah cukup, tapi mengabdikan hidupnya ke politik. Beliau sering menyebebut saya seperti Abu Bakar As-Siddiq," pungkas dia.


Pasangan nomor satu (Agus-Sylvi)

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Berbeda dengan pasangan nomor urut tiga, Agus secara spesifik menyebutkan keunggulan dan kekurangan para pesaingnya.

"Saya harus menjawab pertanyaan spesifik tadi supaya clear semuanya," kata Agus.

"Kalau ditanya apa kelebihan nomor dua, Pak Basuki lugas menyampaikan apa yang dipikirkan, tapi tentunya harus dibedakan antara tegas dengan kasar. Inilah yang jadi pembeda bagi saya. Tegas tidak harus kasar dan tegas tak harus beringas. Tapi tegas itu tetap beretika dam berdasarkan Undang-Undang yang berlaku," lanjut Agus.

"Pak Anies adalah orang yang pandai berkata-kata tentunya, dengan teori dan lain sebagainya. Tetapi sampai hari ini saya masih mempertanyakan integritas dan konsistensi beliau sebagai sebagai pemimpin. Kami berdua hadir sebagai alternatif pemimpin baru di Jakarta. Mudah-mudahan bisa memberikan jawaban bagi rakyat," pungkas Agus.

Pewarta: Alviansyah
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017