Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menargetkan peremajaan 250 ribu hektar (ha) perkebunan karet rakyat dan 50 ribu hektar pembukaan lahan karet baru mulai tahun ini sampai 2010 untuk menjadi produsen karet alam terbesar di dunia. "Pemerintah sudah siapkan revitalisasi (kebun karet rakyat). Sebenarnya mulai tahun lalu, tapi karena hambatan dana kemungkinan tahun ini akan dimulai sampai 2010," ujar Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan untuk revitalisasi perkebunan karet rakyat tersebut pemerintah menyediakan dana sampai Rp2 triliun, terutama untuk pengadaan bibit dan subsidi bunga, sehingga pembayaran bunga pinjaman petani karet nantinya hanya 10 persen, sedangkan sisanya ditanggung pemerintah. Namun Suharto mengatakan untuk mempercepat peremajaan perkebunan karet rakyat tersebut, Gapkindo telah mengusulkan kepada pemerintah agar mempermudah penerbitan sertifikat tanah yang dimiliki rakyat secara turun temurun agar mereka bisa dengan mudah mengakses pinjaman ke perbankan. "Tanah yang dimiliki petani karet tersebut kebanyakan dimiliki secara turun temurun, tidak ada sertifikat giriknya sekalipun. Karena itu, pengurusan sertifikat harus dipermudah, agar program revitalisasi karet rakyat berjalan optimal sampai 2010," ujar Suharto. Ia mengatakan optimalisasi pencapaian perejamaan perkebunan karet rakyat seluas 250 ribu ha maupun pembukaan lahan baru seluas 50 ribu ha sampai 2010 sangat penting agar Indonesia tidak kehilangan momentum menguasai pasar karet alam dunia dan menjadi produsen terbesar. Dikatakan Suharto, saat ini Cina sudah mengantisipasi dan tengah menjajaki investasi perkebunan karet di kawasan Indocina seluas sekitar tiga juta hektar untuk memenuhi kebutuhan karet alamnya kelak. Selama ini Cina termasuk konsumen karet alam yang besar. "25 tahun lagi Cina akan punya tiga juta ha (perkebunan karet) di Indocina. Kalau satu ha mampu menghasilkan satu ton karet alam saja, maka kebutuhan Cina kelak sudah bisa terpenuhi. Lalu kita mau jual kemana?," katanya. Lebih jauh ia mengatakan agar pemerintah juga mengutamakan pengadaan bibit unggul untuk peremajaan karet rakyat, karena untuk pengadaan bibit yang berasal dari dalam negeri itu butuh satu tahun mengingat sedikitnya produsen penangkaran bibit karet. Suharto memproyeksikan bila peremajaan perkebunan rakyat dan perluasan lahan karet baru berjalan lancar sampai 2010, maka pada 2015 produksi karet alam Indonesia naik dari 2,9 juta ton pada 2010 menjadi 3,5 juta ton pada 2015. "Pohon karet itu baru bisa menghasilkan sekitar enam tahun kemudian, sehingga pada 2015 baru akan ada penambahan produksi karet sekitar 3,5 juta ton. Sedangkan pada 2010 dengan tanaman karet yang ada sekarang produksinya diperkirakan akan mencapai 2,9 juta ton," kata Suharto. Berdasarkan data Roadmap 2010 dan Visi 2030 Industri Nasional Kadin Indonesia, pada 2005 produksi karet alam Indonesia mencapai 2,27 juta ton yang sebagian besar dihasilkan dari perkebunan karet rakyat yaitu sekitar 1,8 juta ton. Sedangkan sisanya 210 ribu ton dihasilkan perkebunan karet negara (PT Perkebunan Nusantara) dan perkebunan swasta memberi kontribusi produksi karet alam sekitar 222 ribu ton.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007