Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh.
Banda Aceh,  (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang mengungkapkan, 11 titik panas terdeteksi oleh satelit yang tersebar pada lima provinsi di Sumatera.

"Sore ini, ada 11 titik panas di Sumatera. Tapi, tak satu titik pun berada di Aceh," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Rabu.

Ia menerangkan, ke-11 titik panas yang tersebar di lima provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung.

Dari total jumlah titik panas ini, ada tiga titik di antaranya patut diduga sebagai titik api masing-masing di Bangka Belitung dan Lampung, serta dua titik sebagai titik api karena memiliki tingkat kepercayaan di atas 81 persen di Lampung.

Sebelumnya di pagi hari, terdapat empat titik api sedang membara akibat kebakaran hutan dan lahan di dua kecamatan dengan memiliki tingkat kepercayaan di atas 93 persen yang terpantau berada di Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

"Kemungkinan besar, empat titik api di Gayo Lues telah dipadamkan pihak terkait. Dan malam ini, Gayo Lues berpotensi turun hujan sedang hingga lebat bersama Bener Meriah, Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh Selatan, dan Aceh Utara mulai pukul 19.30 WIB hingga 22.30 WIB," kata Zakaria.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.

"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.*

 

Baca juga: Kebakaran lahan di Hulu Sungai Selatan meluas

Baca juga: Teknologi BPPT sukses turunkan hujan di Sumsel


 

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018