Bagi saya, saya hanyalah saya
Yokohama (ANTARA News) - Naomi Osaka menyatakan perselisihan Serena Williams dengan wasit pada final AS Terbuka tidak mengganggu perasaannya terkait dirinya yang menjadi juara turnamen Grand Slam itu, karena dia tidak tahu bagaimana semestinya bereaksi, kata petenis Jepang itu pada Kamis.

Kesuksesan Osaka di New York dibayang-bayangi perselisihan antara lawannya Williams dan wasit Carlos Ramos, yang membuat juara Grand Slam 23 kali itu diskors satu pertandingan dan didenda 17.000 dolar.

Di Flushing Meadows pada Minggu, petenis 20 tahun itu berurai air mata saat upacara pemberian hadiah namun saat ia kembali ke Jepang pada Kamis, ia mengatakan dirinya tidak sedih dengan insiden itu.

Baca juga: Naomi Osaka juara AS terbuka

"Bagi saya, saya tidak sedih karena saya tidak akan tahu apa yang semestinya saya rasakan," ucapnya pada konferensi pers di Yokohama menjelang turnamen Pan Pacific yang akan dimulai pada Senin.

"Karena itu adalah final pertama saya dan kemenangan pertama saya di Grand Slam, secara keseluruhan saya merasa benar-benar gembira dan saya tahu bahwa saya meraih hal besar."

"Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan mengenai merasa sedih karena saya tidak punya pengalaman serupa di final Grand Slam lainnya."

Salah satu final Grand Slam tenis paling kontroversial sepanjang masa dan memicu perdebatan mengenai seksisme di olahraga, yang dipicu pernyataan Williams bahwa Ramos tidak akan bersikap sama saat menghadapi petenis putra.

Sebagian besar kritik terhadap Williams dipusatkan terhadap bagaimana tindakannya merusak momen indah Osaka, yang bahkan meminta maaf karena mengalahkan petenis favorit tuan rumah kepada publik New York yang mencemooh Ramos.

Baca juga: Kemenangan Naomi Osaka dan bayang-bayang Serena Williams

Terkait kesuksesannya menjadi juara Grand Slam kategori tunggal dari negaranya untuk pertama kalinya, Osaka, yang merupakan putri dari ayah yang berasal dari Haiti dan ibu yang berasal dari Jepang, juga membantu menghadirkan gebrakan di Jepang ketika identitas birasialnya menjadi hal yang tidak biasa pada citra negara itu sebagai masyarakat homogen yang rasial.

Sikap publik perlahan berubah ketika masyarakat Jepang menjadi semakin terintegrasi dengan ekonomi global, dan munculnya lebih banyak pesohor berdarah campuran, khususnya di bidang olahraga, cukup membantu.

Untuk apa yang telah dilakukannya, Osaka tidak berpikir terlalu banyak mengenai bagaimana anggapan orang terhadap identitasnya.

"Bagi saya, saya hanyalah saya," kata Osaka, ketika ditanyai apakah dirinya kini mewakili "Jepang gaya baru."

"Saya tahu cara saya dibesarkan, orang-orang mengatakan kepada saya bahwa saya bersikap seperti orang Jepang maka saya rasa seperti itulah."

"Namun jika Anda membicarakan mengenai tenis saya, menurut saya tenis saya tidak sangat (bergaya) Jepang."

Osaka, yang saat ini menghuni peringkat ketujuh dunia, bertekad untuk lolos ke ajang WTA Finals di Singapura pada akhir musim.

Selain itu, terkait dengan namanya yang semakin populer, Osaka ingin menjadi teladan untuk anak-anak muda Jepang.

"Saya berpikir bagaimana jika anak-anak kecil menyaksikan dan mereka juga ingin bermain tenis," ucapnya.

"Saya selalu berpikir bahwa Kei (Nishikori) merupakan teladan yang sangat bagus di sisi putra, dan saya berharap dapat menjadi sosok seperti itu untuk sisi putri."

"Maka mudah-mudahan saya dapat menjadi teladan itu."

Reuters/H-RF

Baca juga: Djokovic buyarkan impian Nishikori untuk capai final AS terbuka

 

Pewarta: -
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018