Palu (ANTARA News) - Akses jalan dari Palu ke Kecamatan Balaesang dan Balaesang Tanjung Kecamatan Donggala, Sulawesi Tengah, masih berat, terutama bagi kendaraan-kendaraan besar.
 
Dari pantauan Antara yang menyusuri jalur tersebut dengan menggunakan kendaraan roda empat jenis mini bus, Senin, untuk mencapai wilayah kecamatan tersebut kendaraan harus melalui berbagai rintangan.
 
Di sepanjang jalan, terdapat banyak titik rintangan seperti longsoran tanah, longsoran dengan berbatu, jalan retak dan jembatan terputus yang jika ditotal bisa mencapai puluhan titik yang menyebabkan waktu tempuh jadi lebih lama yakni empat jam dari biasanya dua hingga tiga jam.
 
"Iya ini yang menyebabkan truk hanya bisa yang kecil untuk mengakses ke Balaesang," kata Sekretaris Camat Balaesang Tanjung, Ruslan, Senin.
Kondisi jalan di Jalur Palu hingga Kecamatan Balaesang dan Balaesang Tanjung, Sulawesi Tengah, Senin (8/10). (Antara/Ricky Prayoga)
 
Akan tetapi, hanya jalan dari Palu sampai Balaesang yang bisa diakses oleh truk ekspedisi kecil itu masih terputus antara Desa Walandano hingga ibu kota Kecamatan Balaesang Tanjung, Malei, belum bisa diakses oleh truk ekspedisi kecil sehingga jalur logistik termasuk logistik bantuan bencana terputus.
 
"Untuk saat ini, jalur tersebut baru bisa diakses kendaraan roda dua dan kendaraan kecil," kata dia.
 
Dari informasi yang didapat dari warga Kecamatan Balaesang Tanjung, untuk logistik bantuan bencana lewat darat, bisa melalui Kabupaten Tolitoli. Selain itu bisa juga lewat laut dengan menggunakan perahu-perahu motor kecil yang bisa bersandar di wilayah pesisir. 
 
Hingga H+10 bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Donggala dan disusul tsunami setinggi tiga hingga empat meter, warga di Balaesang Tanjung masih memiliki sumber air dari mata air dan Perusahaan Air Minum (PAM) serta makanan dengan normal. Akan tetapi mereka masih membutuhkan beras, obat-obatan dan tenaga medis karena sudah banyak yang mengalami sakit pasca bencana.
 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018