Jakarta (ANTARA News) - Debat damai, itulah kesimpulan yang bisa ditarik dari gestur kandidat presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam debat putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu. 

Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari mengemukakan itu ditunjukkan saat kandidat saling menghampiri usai debat.

“Raut wajah Jokowi saat akhir menunjukkan senyum tulus dan terlihat puas terhadap debat,” kata Monica kepada Antara, Minggu.

Apa yang diperlihatkan Jokowi dan Prabowo pada akhir debat bertema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur jauh berbeda dua jam sebelumnya. 

Menurut pakar bahasa tubuh berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman ini, kedua kandidat terlihat gugup ketika debat dimulai.

“Tangannya ditelungkupkan, seperti menutup, antara jari saling masuk,” jelas dia.

Ketegangan ini juga terlihat beberapa kali penjelasan yang keluar dari mulut Jokowi tidak terlalu mengalir, beberapa kali dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan penuturannya.

Baca juga: Analisis gestur di debat capres: joget, pijat hingga gulung lengan baju

Pilihan Kata
 
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pendapatnya saat mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat yang diikuti Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww. (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)


Saat menyampaikan visi misi, Prabowo mengeluarkan kalimat “kami kalau berkuasa nanti” untuk mengandaikan jika dirinya kelak terpilih.

“Ini kalimat commanding. Dari sisi gerakan tubuh, Prabowo sering menghentakkan tangan ketika menjelaskan sesuatu, seperti memberikan komando," jelas Monica.

Di sisi lain, Joko Widodo yang memakai kata “memimpin” lebih banyak menggunakan gaya tangan ilustratif. Gerakan tangannya berubah-ubah untuk mengilustrasikan penjelasan yang keluar dari mulutnya. "Gaya tangan ilustratif itu ketika bicara soal lingkar, tangannya melingkar, ketika bicara soal panjang, tangannya membentuk (garis) panjang," tambahnya.

Unicorn

“Yang online-online itu?” Prabowo bertanya balik ketika Jokowi meminta pendapatnya mengenai pengembangan infrastruktur pendukung bagi “Unicorn”, gelar untuk perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi lebih dari satu miliar dolar AS, seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.

Jokowi mengambil lagi pelantang untuk mengiyakan pertanyaan Prabowo, tangan kirinya sempat terangkat, sebelum dia meletakkan kembali pelantang untuk mendengarkan jawaban Prabowo. Menurut Monica, pada segmen tersebut bahasa tubuh Jokowi memperlihatkan rasa “gemas” karena Prabowo tidak betul-betul memahami hal yang ia tanyakan.

Baca juga: Jokowi : Indonesia Telah Miliki Empat Unicorn Startup, Ini Penjelasannya

Gerakan manipulatif
 
Capres nomor urut 01 Joko Widodo menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww. (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)


Kedua kandidat melakukan gerakan manipulatif alias gerakan tidak perlu. Meski tidak penting, gerakan tersebut bisa punya makna.

Gerakan manipulatif Jokowi terlihat dari satu tangannya yang memegang bagian siku seperti ingin menggulung lengan baju. Maknanya bisa multitafsir. 

“Antara dia merasa ‘gerah’ terhadap sesuatu yang mungkin tidak sama pemahamannya dengan beliau, atau memperlihatkan rasa tidak sabar untuk segera bekerja lagi karena gerakan itu seperti menyingsingkan lengan baju.”

Sementara itu, Prabowo terlihat beberapa kali memegang dan merapikan jasi, jas hingga melepas kacamata sejenak untuk membersihkan satu lensanya. Bisa jadi Prabowo pun merasa “gerah”, atau menyiratkan rasa tidak sabar untuk segera memimpin sebab gaya pakaiannya necis seperti seorang pemimpin.

Baca juga: Direktur TKN kunjungi korban ledakan dekat Nobar Debat Capres

Lahan Prabowo dan ekspresi Jokowi

Jokowi sempat menyebutkan soal kepemilikan lahan Prabowo di Kalimantan Timur dan Aceh Tengah. Pada akhir debat, Prabowo mengatakan lahan miliknya berupa Hak Guna Usaha bisa dikembalikan sewaktu-waktu pada negara, meski dia menambahkan lebih baik lahan itu dikelolanya ketimbang jatuh ke pihak asing.

“Saya tidak bilang tentang validitas statement Jokowi, tetapi ini sesuatu yang sudah beliau persiapkan,” katanya, menambahkan Jokowi bicara “bahwa” hingga tiga kali saat menyampaikan hal tersebut.

“Setelah bilang itu, ada ekspresi wajah namanya Duping Delight. Seperti perasaan senang dan puas karena sudah menyampaikan sesuatu yang dia tahu, ada senyum kepuasan,” tutur dia.

Baca juga: Prabowo tanggapi kepemilikan atas ratusan ribu hektar tanah
 
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) saling memberi salam seusai debat capres 2019 disaksikan moderator di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pras.



Prabowo lebih tenang dibandingkan debat perdana

Prabowo sudah terlihat lebih kalem ketimbang debat perdana saat tiap kandidat ditemani wakilnya masing-masing. Dalam debat putaran kedua, Prabowo juga beberapa kali mengakui prestasi pemerintahan Jokowi. Meski demikian, pengakuan dari Prabowo adalah pengakuan bersyarat karena sering diakhiri dengan kata “tetapi” atau “namun”.

Di luar itu, ada perubahan positif dari pilihan verbal Prabowo di debat kedua ini. Pada debat perdana saat dia berdiri di panggung bersama calon wakil presiden Sandiaga Uno, Prabowo lebih sering menyebut “saya”, padahal pasangannya kerap bicara dengan kata ganti “kami”.

“Ini bagus, (menunjukkan) ini kerja tim, berdua. Karena di debat lalu (Prabowo lebih banyak) pakai bahasa ‘saya’. Secara verbal sudah ada perubahan.”

Baca juga: Hasto: Jokowi unggul 5-0 dalam debat capres

Baca juga: Prabowo mengaku bawa buku "Why Nation's Fail" saat debat

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019