Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau di Kalianda Provinsi Lampung, selama tujuh hari terakhir masih normal menyusul siaga III oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data visual, Senin (29/10), sekitar pukul 14.00 WIB letusan Gunung Anak Krakatau sebanyak 40 kali per enam jam dengan interval cepat 3 hingga 6 menit. Sedangkan interval lambat 10 sampai 20 menit. Begitu pula sepanjang Minggu (28/10) sebanyak 40 kali letusan per enam jam. Bahkan lontaran batu panas, debu dan asap berwarna kelabu di kawah gunung teramati setinggi 100 sampai 200. Oleh karena itu, para wisatawan maupun nelayan dilarang untuk mendekat dengan radius tiga kilometer karena sangat berbahaya semburan energi gunung api tersebut. Sampai saat ini status Gunung Anak Krakatau tetap siaga III, namun letusan gunung tidak akan membesar dan tidak akan menimbulkan gelombang tsunami, kata Anton, Kepala pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Pasauran, Kabupaten Serang, Senin. Menurut dia, sejak peningkatan kegiatan vulkanik Rabu (23/10), yang diikuti letusan di gunung itu dengan kegempaan vulkanik dalam, dangkal serta tremor masih normal. Sebagaiamana alat Seismograf Minggu (28/10 ) tercatat jumlah letusan sebanyak 353 dan vulkanik dalam mencapai 24 serta vulkanik dangkal 31 juga tremor sebanyak 7 kali. Artinya, lontaran batu atau bom gunung api dan awan panas dan tsunami tidak akan terjadi hingga menimpa Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Peningkatan vulkanik di Gunung Anak Krakatau diperkirakan dalam skala relatif kecil dan tidak akan menimbulkan bencana besar. Letusan Gunung Anak Krakatau ini tidak akan seperti terjadi Tahun 1883, selain menewaskan puluhan ribu juga menghilangkan Gunung Danan dan Perbuwatan serta 1/3 Gunung Rakata, kata Anton. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007