Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Pelari maraton putra Yahuza menyumbang medali emas keempat bagi kontingen Indonesia dari cabang atletik, dengan catatan waktu dua jam 23 menit 46 detik dalam lomba yang mengambil finish di Stadion Utama Peringatan Ulang Tahun ke-80 Raja, di Nakhon Ratchasima, Minggu. Atlet berusia 24 tahun yang menyumbang emas untuk Bangka Belitung di PON 2004, Palembang, itu mengungguli pelari Kamboja, Bunting Hem yang tertinggal dengan selisih waktu tiga menit (2:26.28). Medali perunggu diraih atlet Filipina, Eduardo Buenavista (2:27.21). Catatan waktu Yahuza masih jauh dari rekor SEA Games yang dicetak atlet Indonesia Eduardus Nabunome di SEA Games 1997 Jakarta (2:20.27). Nomor maraton diikuti oleh 12 peserta dari sembilan negara. Jauhari Johan, rekan Yahuza, harus puas berada di urutan ketujuh dengan catatan waktu dua jam 38 menit 42 detik. Dengan perolehan emas dari cabang maraton, atletik yang merupakan cabang olahraga tertua sejauh ini telah menyumbang empat medali emas dari delapan medali emas yang sudah diraih kontingen Indonesia sampai Minggu siang (9/12). Tiga emas lainnya berasal dari sprinter putra Suryo Agung Wibowo, pelari 5000m Triyaningsih dan atlet lempar cakram Dwi Ratnawati. Indonesia pada pertandingan hari ketiga atletik, mengikuti tiga nomor, yaitu maraton putra, maraton putri dan jalan cepat 20km putra. Di nomor jalan cepat 20km putra, Indonesia meraih perak dan perunggu melalui Kristian Lumban Tobing dan Indra. Medali emas diraih atlet Malaysia Boon Lim Teoh dengan catatan waktu satu jam 30 menit 37 detik. Sementara Kristian tertinggal dua menit di belakang Boon dengan waktu dua jam 32 menit 57 detik, disusul Indra (1:35.45). Namun di nomor maraton putri, Indonesia gagal meraih medali karena Feri Marince Subnafeu, dua wakil yang bertanding dari total sepuluh peserta dari empat negara, hanya menempati peringkat delapan dan sembilan. Medali emas di nomor ini direbut atlet tuan rumah Thailand Sunisa Sailomyen dengan waktu dua jam 43 menit 33 detik, masih jauh dari rekor SEA Games Ruwiyati yang diraih di Chiang Mai 1995 (2:34,29). Perak dan perunggu masing-masing direbut Pa Pa (Myanmar) dengan waktu 2:44,11 dan atlet Filipina Jho Ann Banayag (2:44,41). Feri Marince mencatat waktu tiga jam 03 menit 13 detik, sementara Ruwiyati hanya tiga jam 07 menit 03 detik, terpaut jauh dari rekor yang sampai sekarang masih dipegangnya. Ruwiyati dalam beberapa kali penyelenggaraan SEA Games memang terus memperlihatkan grafik prestasi yang menurun. Setelah mempertahankan emas di SEA Games 1997 Jakarta, Ruwiyati yang diasuh pelatih Alwi Mugiyanto dari Salatiga itu, tiga kali beruntun absen di SEA Games 2001, 2003 dan 2005. Mengomentari hasil yang telah dicapai cabang atletik, manajer tim Sumartoyo Martodihardjo mengaku puas karena jauh lebih dibanding di SEA Games 2005 Manila yang hanya membawa pulang emas memata wayang melalui Olivia Sadi di nomor 5000m putri. "Saya berharap target lima emas bisa terlampaui karena atletik telah menyumbang empat emas sejauh ini. Suryo Agung yang akan tampil di nomor 200m diharapkan kembali memperlihatkan kemampuannya," kata Sumartoyo. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007