Jakarta (ANTARA) - Indonesia dinilai perlu belajar dari Korea Selatan untuk bisa mendorong industrialisasi dan meningkatkan ekspor di masa mendatang.

Ahli industrialisasi Rizal Ruswito dalam dialog di BPPT, Jakarta, Jumat, mengatakan saat ini merek terkenal dunia tidak lagi mengandalkan potensi sumber daya alam tetapi memiliki nilai tambah besar.

Merek besar seperti Honda, Lotte atau Samsung bisa kuat dan terkenal bukan karena sumber daya alam melainkan penguasaan teknologi dan industri serta "brand".

"Negara-negara itu bisa kuat pada penguasaan teknologi dan industri juga merek. Merek itu juga yang mendorong globalisasi dari produk masing-masing. Itu 'value' yg paling tinggi," kata Rizal.

Ia pun menyebut penguasaan teknologi sebagai andalan industri Korsel saat ini. Penempatan sumber daya manusia sebagai andalan juga didukung dengan aksi terintegrasi dengan memanfaatkan hiburan serta pariwisata seperti budaya pop dan K-drama untuk menciptakan citra negara tersebut.

"Mereka manfaatkan K-pop, K-drama sehingga brand mereka ke mana-mana," katanya.

Sikap masyarakat Korea yang selalu memprioritaskan produk mereka juga ikut menunjang industri negeri ginseng.

Kendati demikian, Indonesia juga harus bangga dengan capaian sejumlah industri dalam negeri yang telah banyak melakukan ekspansi di luar negeri.

Misalnya saja, gerbong dan lokomotif INKA yang sudah diekspor ke Afrika, hingga PAL yang sudah mengekspor kapal perang ke Filipina.

"Ini menunjukkan kalau kita bisa. Hanya butuh perencanaan jelas dan determinasi penuh. Keberpihakan juga penting. Pilih yang lokal karena itulah dasarnya industrialisasi. Untuk sukses di pasar, harus sukses di pasar sendiri dulu," ujarnya.

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019