Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, selama dua bulan lebih sejak ditetapkan status siaga level III kini mengeluarkan asap tebal setinggi 1.000 meter. Bahkan asap berwarna putih kelabu itu menyebar hingga mencapai Pantai Anyer dan Carita, Provinsi Banten, Selasa,sekitar pukul 17.20 WIB. Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK), di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang,Anton Tripambudi, mengemukakan, tebalnya asap yang dikeluarkan letusan Anak Krakatau akibat frekuensi kegempaan vulkanik semakin tinggi. Selain itu, kemungkinan bisa juga letusan dan kegempaan Anak Krakatau mengalami perkembangan dengan kecepatan interval 1-3 menit, padahal sebelumnya 3-6 menit. Sedangkan interval lambat antara 5-10 menit yang sebelumnya 10-15 menit. Apalagi, saat ini letusan dan kegempaan Gunung Anak Krakatau tidak terdeteksi karena ada gangguan alat seismometer yang dipasang di gunung itu. Tak berfungsinya alat itu akibat aki "drop", juga solar cell panel tertutup debu, sehingga alat seismograf juga tidak dapat merekam aktivitas kegempaan. Oleh karena itu,kata Anton,saat ini petugas hanya melakukan pengamatan visual dari kejauhan sekitar tiga kilometer dari titik letusan Anak Krakatau karena statusnya masih siagda level III. "Kami belum bisa mengunjungi kawasan kaki Anak Krakatau untuk memperbaiki alat seismometer, karena kawasan gunung masih berbahaya oleh lontaran batu panas serta asap tebal,"katanya. Menurut dia, diprediksi letusan dan kegempaan vulkanik Anak Krakatau berlangsung lama dibandingkan letusan tahun 2001 lalu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008