Pekanbaru (ANTARA) - Asap tebal berbau menyengat akibat kebakaran lahan membuat langit Desa Teluk Bano II di Kecamatan Pekaitan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, menjadi gelap.

Udara yang kering dan curah hujan yang rendah selama musim kemarau memicu kebakaran lahan gambut di wilayah desa itu sejak Jumat (28/5). Kebakaran lahan pun dengan cepat meluas dari belasan hektare menjadi puluhan hektare.

Menurut Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), api membakar hingga 60 hektare lahan di wilayah tersebut, membuat para petugas berjuang keras untuk memadamkannya.

Di antara petugas yang terlibat dalam upaya pemadaman ada Sasli Rais. Tergopoh-gopoh anggota Polri itu berusaha mengangkat selang untuk memadamkan api. Seragam dengan simbol satu melati di pundak dia lepaskan supaya bisa leluasa bergerak.

Bersama polisi yang lain dan prajurit TNI, Kepala Kepolisian Sektor Bangko itu terlibat langsung dalam upaya pemadaman di tengah udara bercampur asap pekat yang baunya menusuk hidung.

Jiun, warga setempat, juga membantu upaya pemadaman setelah mengungsikan istri dan dua anaknya yang masih kecil ke tempat yang lebih aman agar terhindar dari paparan asap tebal yang meliputi permukimannya dalam sepekan terakhir.

"Anak dan istri terpaksa saya ungsikan ke rumah keluarga yang lebih aman. Kalau saya harus tetap di sini membantu pemadaman," katanya.

Selagi personel TNI, Polri, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang tergabung dalam Satuan Tugas Karhutla berjibaku memadamkan api dengan bantuan warga Rokan Hilir, anggota Satuan Tugas Udara di Pekanbaru juga sibuk berusaha mengatasi kebakaran lahan dan hutan dari udara.

Deru helikopter pengebom air terdengar setiap pagi di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru. Setiap hari, dua hingga tiga helikopter pengebom air diterbangkan ke lokasi kebakaran lahan di Desa Teluk Bano untuk mendukung upaya pemadaman.

"Sepekan ini fokus pengeboman air kita di Rokan Hilir, tepatnya Desa Teluk Bano," kata Wakil Komandan Satgas Karhutla Riau, Edwar Sanger.

Upaya maksimal untuk memadamkan api dari darat dan udara tersebut mulai membuahkan hasil. Dalam sepekan terakhir, kebakaran lahan di sana sudah mereda. Hanya asap tipis yang masih tersisa di lahan-lahan gambut yang terbakar.

Kendati demikian, Edwar mengatakan, petugas tetap siaga di lokasi sampai api benar-benar padam.

Selain Rokan Hilir, berdasarkan data harian Satuan Tugas Karhutla Riau, dalam sepekan terakhir kebakaran hutan dan lahan juga melanda sebagian wilayah pesisir Riau termasuk Bengkalis, Dumai, Siak dan Meranti.

Daerah-daerah itu berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Tanpa penanganan secara baik, kebakaran yang melanda wilayah tersebut berpotensi mengganggu hubungan baik dengan negara tetangga. Secara keseluruhan, hingga awal Juli 2019 luas lahan yang terbakar di wilayah Provinsi Riau tercatat lebih dari 3.315 hektare. Kebakaran hutan dan lahan paling banyak terjadi di Kabupaten Bengkalis, dengan luas area yang terbakar sampai 1.435 hektare.

Kebakaran hutan dan lahan juga melanda Rokan Hilir (606,25 hektare), Siak (366 hektare), Dumai (269,75 hektare), Meranti (232,7 hektare), Indragiri Hilir (120 hektare), Pelalawan (95 hektare), Indragiri Hulu (71,5 hektare), Kampar (64,9 hektare), dan Kuansing (lima hektare).
 
Petugas Manggala Agni Daops Pekanbaru menyemprotkan air ke lahan gambut yang terbakar di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (3/4/2019). Satgas Karhutla Riau terus melakukan upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan agar bencana kabut asap dampak dari karhutla tidak terulang kembali di Provinsi Riau. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)


Siaga Pemerintah Provinsi Riau mengaktifkan Satuan Tugas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan dari 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

Sejak itu pula, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan diintensifkan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada awal Juli 2019 kembali mengirim satu helikopter pengebom air guna menambah dukungan bagi upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Gafur mengatakan, dengan penambahan satu helikopter jenis Mi-8 tersebut maka ada enam helikopter pengebom air di Riau. "Seluruhnya bantuan dari BNPB," kata Jim.

Helikopter-helikopter pengebom air itu akan mendukung operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan di wilayah pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Siak.

"Prediksi BMKG kita memasuki puncak musim kemarau pada Juli ini hingga Agustus. Sehingga ini menjadi salah satu alasan BNPB memperkuat Riau dengan helikopter pengebom air," kata Jim.

"Kita belajar pengalaman 2015 silam saat puncak musim kemarau terjadi kekosongan heli sehingga kebakaran sulit dikendalikan," ia menambahkan.

Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran juga dilakukan di darat oleh personel TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, dan masyarakat setempat.

 

Personel Polres Bengkalis memeriksa lokasi kebakaran hutan dan lahan di Jalan Satria Ujung, Dusun Karya, Desa Ulu Pulau, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. (HO Humas Polres Bengkalis)

Penegakan Hukum

Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan juga mencakup upaya penegakan hukum.

Sepanjang semester pertama 2019 ini, Satuan Tugas Penegakan Hukum Karhutla Provinsi Riau menyatakan menangani 16 tersangka pembakar lahan yang diproses tujuh kepolisian resor.

Perinciannya, Polres Dumai menangani lima tersangka, Polres Bengkalis dan Rokan Hilir masing-masing menangani tiga tersangka, dan Polres Meranti memproses dua tersangka pembakar lahan.

Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, dan Meranti merupakan wilayah yang mengalami karhutla paling parah dengan luas area yang terbakar meliputi 70 persen dari luas lahan dan hutan yang terbakar di Riau.

Selain empat wilayah itu, Polres Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Polresta Pekanbaru menangani masing-masing satu tersangka pembakar lahan.

Dari 16 tersangka dalam kasus kebakaran hutan dan lahan tersebut, 10 di antaranya sudah menjadi tahanan Kejaksaan dan enam lainnya masih dalam tahap penyidikan.

Di samping penegakan hukum untuk membuat jera orang-orang yang terlibat pembakaran lahan dan hutan, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles Pandjaitan menekankan pentingnya pergeseran paradigma kerja pengendalian kebakaran hutan dan lahan dari pemadaman menjadi pencegahan dalam tiga tahun terakhir di Riau.

Upaya terpadu membuat Riau tahun ini bisa menurunkan signifikan luas lahan dan hutan yang terbakar menjadi sekitar 3.300 hektare dari belasan ribu hektare pada tahun-tahun sebelumnya.

Harapannya, sinergi upaya pencegahan dan penanggulangan bencana dengan penegakan hukum selanjutnya bisa melepaskan Riau dari cengkeraman kebakaran hutan dan lahan, membebaskan warganya dari cekikan asap kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga:
3.147 hektare hutan-lahan Riau terbakar sejak Januari hingga Juni
86 titik panas indikasi kebakaran hutan-lahan terdeteksi di Riau


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019