Manado (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang memimpin langsung penanggulangan banjir dan tanah longsor di sejumlah lokasi di Kota Manado dan sekitarnya, akibat cuaca ekstrim disertai hujan deras dan angin kencang sejak bebarapa hari terakhir.

Karo Pemerintahan dan Humas Pemprov Sulut, DR Noudy R.P. Tendean di Manado, Kamis, mengatakan sejak Rabu (15/1) pagi Gubernur Sarundajang didampingi Kapolda Sulut Brigjen Pobl. Robby Kaligis dan sejumlah pejabat TNI, Tim SAR serta pejabat terkait, memimpin langsung evakuasi korban musibah banjir itu.

Gubernur juga telah meminta para walikota dan bupati di provinsi tersebut terus mengadakan pemantauan serta melakukan langkah-langkah konkret memberikan bantuan terhadap masyarakat yang terkena musibah banjir dan tanah longsor.

Kepada masyarakat juga diimbau agar tetap waspada dalam menghadapi cuaca ekstrem yang sesuai prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulut bahwa di daerah tersebut masih akan terjadi hujan lebat disertai angin kancang.

Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar bantaran sungai atau lerang gunung berpotensi terjadi tanah longsor agar mengungsi dulu ke rumah saudara atau kerabat, di tempat aman dari jangkauan banjir atau tanah longsor.

Menurut Noudy, telah dibuka pos-pos penampungan pengungsi musibah tersebut, antara lain di Makorem 131 Santiago, Gedung DPRD Provinsi Sulut, Kantor Walikota Manado, dan sejumlah tempat ibadah.

Selain musibah banjir, kata Noudy, terdapat tanah longsor di beberapa lokasi, antara lain di sekitar Tinoor (poros jalan Manado-Tomohon) badan jalan ambles menyeret sebuah mobil pelat hitam dan menimbulkan korban jiwa, di sekitar Desa Sawangan Minut, dan Desa Tateli Minahasa, jalan tertimbun tanah longsor.

Sesuai data sementara, korban akibat bencana alam banjir dan tanah longsor itu sekitar 16 orang tersebar di Kota Manado, Tomohon dan Minahasa Utara (Minut), kata Noudy sambil menambahkan nilai kerugian sementara sedang diteliti.

Menjawab pertanyaan, Noudy mengatakan bencana alam banjir di Kota Manado, antara lain di Sario, Ranotana, Tikala, Banjer, Paal Dua, Komo, Wawonasa, Dendengan tinggi air mencapai dua sampai tiga meter sehingga sekitar 40 ribu penduduk kota tersebut menjadi korban musibah tersebut.

Musibah banjir di Kota Manado di awal 2014 merupakan yang terburuk dibandingkan dengan bencana banjir ketika melanda ibu kota provinsi Sulut itu pada 2000 atau 2004, katanya sambil mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan kompak menghadapi musibah tersebut.

(K005/I007)

Pewarta: Jootje Kumajas
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014