Jakarta (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bidang Pengupahan, Hariyadi B Sukamdani, mengatakan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produktivitas kerja di Indonesia tidak sebanding dengan kenaikan upah yang diterapkan.

"Kalau berdasarkan hasil penelitian justru menurun semua. Baik itu dari penelitian Bappenas dan USAID, Universitas Atma Jaya dan Bank Dunia semua menunjukkan adanya ketidakselarasan antara kenaikan upah dengan produktivitas kerja di Indonesia," kata Hariyadi selepas menjadi pembicara dalam Diskusi Kelompok Terfokus bertajuk "Problematika Tenaga Kerja di Indonesia: Antara Aset dan Beban Pembangunan" yang digelar Kamar Dagang Indonesia (KADIN) di Jakarta, Kamis.

Pernyataan Hariyadi tersebut didasarkan pada hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Lembaga Donor Amerika Serikat (USAID) pada 2013 yang memperlihatkan kenaikan upah signifikan di sebagian besar wilayah di Indonesia tidak selaras dengan tingkat produktivitas kerja.

Sementara itu, untuk penelitian dari Universitas Atma Jaya menemukan bahwa kebijakan kenaikan upah mempengaruhi industri-industri padat karya.

Ia menilai terjadinya produktivitas rendah yang tidak sebanding dengan kenaikan upah salah satunya disebabkan oleh pengambilan kebijakan yang cenderung politis.

"Seperti di Jawa Timur itu, kemarin Pakdhe Karwo (Sukarwo -red) mau maju untuk jadi Gubernur periode kedua. Kemudian Jokowi (Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta -red) mau jadi Presiden. Makanya jadi bias semua," katanya, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua KADIN tersebut.

Rendahnya produktivitas kerja dikhawatirkan Hariyadi akan mempengaruhi posisi Indonesia saat diberlakukannnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang.

"Karena refleksinya ke harga jual, yang dikhawatirkan adalah ongkos barang kita menjadi mahal karena upah sementara produktivitas rendah. Di sisi lain mereka masuk ke sini tidak kena apa-apa, 0 persen," ujarnya.

Di sisi lain, Hariyadi juga mengutarakan potensi kian banyaknya kedatangan pekerja asing yang masuk ke Indonesia setelah berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang.

Meski mengakui bahwa kemungkinan pekerja asing hanya akan menempati level menengah atau berketerampilan, namun hal itu juga akan mempengaruhi jenjang karir yang disiapkan untuk pekerja lokal.

"Kalau pekerja berketerampilan sudah terisi mereka kan tidak bagus juga untuk jenjang karir. Apalagi sepengalaman saya menggunakan pekerja asing dari Filipina, tarif gaji mereka tidak berbeda jauh dengan yang kita berikan untuk pekerja lokal, tetapi produktivitas mereka tinggi," tuturnya.

Hariyadi menjadi salah satu pembicara dalam Forum Diskusi Terfokus tersebut bersama dengan Direktur Bina Pemagangan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bagus Marijanto.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014