Nganjuk, (ANTARA News) - Para petani di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menghentikan penanaman padi jenis Supertoy HL-2 pada musim tanam kedua dan ketiga, karena "dihantui" kegagalan yang terjadi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. "Kami tidak mau berspekulasi menanam padi Supertoy, karena takut gagal panen," kata Ali Shodiq, petani asal Desa Babatan, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Selasa. Sebelumnya para petani di daerah itu telah menanam padi jenis Supertoy HL-2 yang diproduksi oleh PT Sarana Harapan Indopangan (SHI), Jakarta. Di Patianrowo ada sekitar 15 hektare lahan persawahan yang ditanam padi jenis Supertoy HL-2, sejak bulan Mei lalu. Sementara itu Ikhsan, petani asal Patianrowo lainnya meragukan hasil panen padi jenis Supertoy HL-2 akan sebagus jenis padi lainnya. "Pola tanam padi jenis Supertoy HL-2 ini jauh berbeda dengan menanam padi pada umumnya. Apalagi Supertoy memerlukan pupuk banyak, sehingga biaya penanaman pun bertambah," katanya. Dalam menanam padi jenis Supertoy HL-2 di Kabupaten Nganjuk, para petani bekerja sama dengan PT SHI untuk penyediaan bibit, pengadaan pupuk, dan tenaga pendamping dengan masa tanam lebih panjang 20 hari. Hasil panen para petani itu selanjutnya akan dibeli oleh PT SHI dengan harga Rp3.500 sampai 4.000 per kilogram. Sebelumnya uji coba padi Supertoy HL-2 kerja sama petani Desa Grabag, Kabupaten Purworejo, Jateng dengan pemodal PT SHI, di atas lahan seluas sekitar 103 hektare mengalami gagal panen. PT SHI mempromosikan, dalam sekali tanam, bibit padi Supertoy bisa dipanen hingga tiga kali dengan total produksi sekitar 14 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektare. Kenyataannya, hasil panen Supertoy di Desa Grabag itu hanya sekitar 3,5 ton. Inilah yang memicu para petani di desa itu marah dan membakar hasil panen Supertoy.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008