New York (ANTARA News) - Sejumlah kapal NATO tiba di lepas pantai Somalia untuk memulai pengawalan konvoi bantuan menuju negara Afrika tersebut, yang tidak mendapat bantuan pangan kritis dari Badan Pangan Dunia (WFP) karena pembajakan dalam setahun ini, kata PBB, Rabu. WFP, yang didukung oleh pemerintah Somalia, meminta pengawalan kapal-kapal militer untuk menggagalkan pembajakan kapal-kapal barang yang mengangkut makanan dan obat menuju Somalia. Belanda mengumumkan, Rabu, pihaknya akan mengerahkan kapal angkatan laut HMS De Ruyter atas permintaan pemerintah sementara Somalia. Pemerintah Belanda telah memutuskan akan melakukan pengawalan untuk menggantikan Kanada, yang akan menarik kapal-kapalnya pada Kamis. WFP mengatakan, kapal-kapal NATO itu telah tiba di daerah tersebut namun belum memulai tugas pengawalan. Perundingan masih dilakukan untuk menyepakati ketentuan-kententuan mengenai kerja sama dari kedua pihak, kata WFP. Menurut badan PBB itu, mereka akan mulai mengirim bantuan darurat makanan berbahan dasar kacang yang bergizi tinggi dalam enam bulan ini kepada sekitar 64.000 anak Somalia yang mengalami kekurangan gizi. Beberapa pejabat Somalia mengatakan di Mogadishu, Rabu, pasukan keamanan di wilayah semi-otonomi Puntland membebaskan sebuah kapal India yang dibajak setelah tembak-menembak, dan menangkap empat perompak dalam bentrokan itu. "Pasukan kami berhasil mengakhiri operasi pembebasan kapal India tanpa ada korban," kata Ali Abdi Aware, menteri negara untuk wilayah Puntland, kepada DPA. Kapal itu dan awaknya dijadwalkan tiba di pelabuhan Bosasso pada Rabu, kata Aware. Perompak Somalia telah membajak lebih dari 30 kapal sepanjang tahun ini dan menerima uang tebusan sebesar 30 juta dolar. Kapal terakhir yang diserang perompak adalah sebuah kapal Filipina yang dibajak bersama 21 orang awaknya. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun ini. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur. Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Somalia dilanda kekerasan sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991, demikian dpa.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008