IOC lantas tidak langsung menyetujui rekomendasi tersebut. Namun mereka telah sampai kepada beberapa poin. Pertama, IOC menyetujui bahwa esport memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dalam olahraga.

Kedua adalah bahwa hingga saat ini IOC tetap berkeyakinan bahwa olahraga harus terfokus pada pemain daripada pada gim tertentu. Fokus tersebut harus mempromosikan partisipasi olahraga dan manfaatnya serta gaya hidup sehat bagi atlet esport elite.

Terakhir, IOC meyakini bahwa mereka dan komunitas esport harus tetap melanjutkan kerja sama yang strategis termasuk dalam hal pelaksanaan turnamen.

Akibat dari tak ada pengakuan dari IOC, tentu semakin sulit bagi pemerintah untuk mengakomodir pembahasan esports ke dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).

Terlepas dari itu semua, Wakil Ketua Umum Indonesia e-Sports Association (IeSPA) William Tjahyadi mengatakan bahwa pemerintah telah menunjukkan perhatian dan dukungannya kepada esport. Pihaknya bahkan sudah cukup sering melakukan pertemuan dan diskusi bersama Kemenpora untuk membicarakan masa depan esport Indonesia .
 
Logo Piala Presiden Esport 2020

Baca juga: 50.000 peserta ikuti MPL Piala Presiden Esports 2020

Baca juga: Piala Presiden Esports 2020 akan jadi panggung bagi gim lokal


"Setelah Asian Games 2018, pemerintah semakin tahu sama esport jadi mulai banyak meeting dengan pemerintah untuk esport butuhnya apa, kajiannya gimana, dan bisa didukung oleh Kemenpora apa," kata William.

"Targetnya sekarang ya dilanjutkan saja karena ide-ide pemerintah untuk memberikan dukungan lebih, tapi secara konkretnya kita belum tahu kita harus ngapain. Jadi mungkin 2020 lebih diteruskan ke arah sana," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Kemenpora dukung Indonesia gelar esport berskala internasional

Selanjutnya Asa ...

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019