Jayapura (ANTARA News) - Banyak investor mulai melirik peluang bisnis perhotelan di Papua, wilayah paling timur dari Kepaulauan Nusantara ini, selain karena semakin banyak wisatawan berdatangan dalam jumlah yang signifikan juga karena banyak kegiatan pemerintahan dan swasta yang memanfaatkan fasilitas hotel. Hal itu disampaikan Jeffry Abel, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jayapura, Sabtu (22/11) menanggapi fenomena semakin gencarnya pembangunan perhotelan dan restoran, baik di wilayah Provinsi Papua maupun Provinsi Papua Barat. "Bisnis perhotelan  di Papua memiliki peluang sangat baik seiring dengan perkembangan pembangunan di wilayah ini", ujar Jeffry Abel. Menurut Jeffry, pengguna jasa hotel di Papua diutamakan pada wisatawan nusantara, pengusaha dan pejabat pemerintah, baik tingkat kabupaten se-tanah Papua maupun Pusat malahan pejabat pemerintah dari negara-negara sahabat. "Tamu reguler berasal dari kalangan  pemerintah, baik dari dalam negeri maupun mancanegara," katanya. Kini banyak hotel bertebaran di Jayapura seperti Hotel Andalusia, Yasmin, Numbai, Humbolt Bay, Axton, Swiss- bell, New Season, Yotefa, Sentani Indah dan sebagainya  yang merupakan sederet hotel yang "sudah punya nama" di ibukota Provinsi Papua. Setiap tahun,  rata - rata dua sampai tiga hotel dibangun di kota ini. Pada  tahun 2009 nanti diperkirakan akan muncul sekitar lima hotel baru. Peningkatan jumlah hotel di wilayah ini menjadi tanda bahwa bisnis sektor ini sedang menggeliat sehingga pantas dilirik para investor. Dinamika ini menunjukkan pula bahwa kondisi keamanan di Papua  yang merupakan barometer para pebisnis dan investor  semakin  kondusif untuk menanam modal dan mengembangkan usaha lainnya. "Kesadaran masyarakat untuk turut menciptakan suasana yang aman di tanah Papua telah sangat mempengaruhi perkembangan usaha perhotelan. Bagaimanapun juga keamanan merupakan salah satu sarat utama untuk mengembangkan usaha di tanah Papua", tegas Jeffry yang juga menjabat Direktur Papua Tourism Consultant (PTC). Apabila pada saat ini ada gonjang - ganjing masalah travel warning dari beberapa negara yang melarang warganya bertandang ke Indonesia maka PHRI merasa tidak terlalu kuatir  karena hal itu bersifat sementara saja dan lebih memiliki muatan politis ketimbang bisnis apalagi  bidikan hotel di sini (Jayapura) memang bukan pertama-tama atau sepenuhnya untuk wisatawan manca negara. Meskipun demikian, PHRI tetap berharap dibukanya jalur promosi hingga ke luar negeri melalui acara ? acara yang penuh dengan  muatan pariwisata karena Papua punya daya tarik yang sangat kuat dalam keaneka ragaman  panorama alam, tradisi dan budayanya yang sangat unik itu.Sayangnya, di ranah ini, potensi wisata alam, budaya dan kesenian khas Papua belum tereksplorasi secara optimal. Jika pemerintah benar-benar  mampu membaca peluang bisnis yang prospektif ini  dengan  menggarap dan mempromosikan  potensi wisata di Papua secara maksimal maka bisnis  perhotelan  tentu akan lebih semarak lagi. Hal senada juga diakui oleh beberapa manajer hotel di Jayapura, baik yang telah  terjun di dunia bisnis perhotelan maupun yang tergolong  "pendatang baru". "Prospek perhotelan di kawasan Indonesia Bagian Timur, khususnya Papua cukup menjanjikan. Tahun ini kami hadir sebagai hotel berkelas bintang empat. Tahun depan akan ada yang menyusul", kata Bastian D. Bwefar, humas Swiss bel Hotel. Menurut dia, walau penambahan jumlah hotel akan signifikan namun persaingan belum seketat hotel-hotel di kota - kota besar kawasan Indonesia Bagian Barat. Jika di sana terjadi perang tarif kamar dan fasilitas serta "adu pelayanan" yang prima untuk "menyeret" calon tamu yang tak jarang menjebak pelaku bisnis dalam kancah persaingan yang tidak sehat, maka hal seperti ini belum terjadi di Jayapura. Seiring dengan bergulirnya pelaksanaan UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Papua, agenda kerja pemerintah pun semakin intensif dan hal ini merupakan  peluang emas untuk menjaring konsumen jasa penginapan sebanyak - banyaknya dengan asumsi bahwa kegiatan pemerintahan senantiasa berjalan, bahkan terjadwal. "Dalam satu bulan paling sedikit digelar satu hingga  dua kali pertemuan di hotel kami",  kata  Bastian. Apalagi, lanjutnya, Papua adalah daerah yang saat ini gencar mengadakan pemekaran daerah dan mengejar ketertinggalan dalam berbagai pembangunan. Keadaan ini tentu mengakselerasi arus perjalanan dinas para pejabat publik yang hilir mudik dari satu daerah ke daerah lain. Kini, hotel - hotel di Jayapura sibuk merenovasi bangunan untuk menambah jumlah kamar, melengkapi fasilitas dan meningkatkan mutu pelayanan demi kepuasan pelanggan, seperti yang sedang dilakukan oleh Hotel Andalusia yang berlokasi di Dok IX Jayapura." Saat ini kami sedang merenovasi total dengan menambah beberapa kamar dan fasilitas hotel lainnya",  kata  H. Junaedi selaku pemilik hotel itu.Salim, GM Hotel Yasmin mengakui kalau pihaknya sering mengalami overbooking terutama jika ada even nasional." Hotel di Jayapura hampir tak mungkin kehilangan konsumen," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008