Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin berharap dimasa depan pemerintahan Barack Obama memberikan prioritas dialog dengan tokoh-tokoh Islam, jika benar-benar ingin memperbaiki hubungan AS dan Dunia Islam. Hal itu dikemukakan oleh Din dalam rilis persnya yang dikeluarkan oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisation (CDCC) di Jakarta, Jumat, mengenai alasan ketidakhadiran tokoh tersebut dalam jamuan makan malam bersama Menlu AS Hillary Clinton Rabu (18/2). "Saya berharap di masa depan pemerintah Presiden Obama, jika benar-benar ingin memperbaiki hubungan AS dengan Dunia Islam, maka perlu memberi prioritas dialog dengan tokoh-tokoh Islam dalam kunjungan berikutnya ke Indonesia," kata Din dalam pernyataan tertulisnya. Menurut Din, apabila hal itu terjadi tentu para tokoh Islam akan menyambut dengan segala senang hati. Din kemudian menjelaskan bahwa ia telah secara langsung menyampaikan permintaan maaf tidak dapat memenuhi undangan Hillary karena harus berpidato di hadapan tokoh agar Asia Pasifik dalam Interfaith Summit di Brisbane pada Kamis (19/2). Ia mengatakan bahwa pilihan itu diambilnya karena isu tentang Islam belum menjadi prioritas dari kunjungan Menlu AS kali ini. "Saya pernah memberi saran kepada Dubes AS dan Deplu RI untuk mengagendakan pertemuan khusus dengan sejumlah tokoh Islam, seperti pada kunjungan Presiden (George) Bush, PMB Tony Blair, PM Balkanende, dan Sekjen UEB Javier Solana," kata pernyataan itu. Menurut Din, sarannya didasari pada opini luas bahwa Presiden Obama ingin memperbaiki hubungan AS dengan Dunia Islam, seperti yang disampaikan saat "prayer breakfast" di Washington, 5 Febuari 2009 dan dari US-Islamic World Forum di Doha. Namun, lanjut dia, ternyata Kedubes AS di Indonesia tidak dapat mengagendakan pertemuan khusus Menlu AS dan tokoh Islam tapi hanya makan malam di Gedung Arsip Nasional dengan banyak kalangan. "Dari konferensi pers Menlu Hillary di Pejambon, saya mengetahui bahwa isu perbaikan hubungan AS dengan Dunia Islam belum menjadi prioritas. Hal ini terbukti dari tidak disinggungnya masalah itu, kecuali ketika ditanya oleh seorang wartawan, dan tidak diagendakannya dialog dengan tokoh Islam," kata Din dalam pernyataannya yang disampaikan dari Brisbane.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009