Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Presiden baru Somalia Sharif Sheikh Ahmed tunduk, Sabtu, pada tuntutan gerilyawan Islam setelah bentrokan tersengit sejak ia berkuasa, dengan menyetujui gencatan senjata dan diperkenalkannya hukum syariah.

Ahmed, seorang bekas pemimpin gerilyawan Islam yang terpilih sebagai presiden pada 31 Januari, mengatakan ia telah menerima usulan para pemimpin lokal dan agama yang menengahi antara pemerintahnya dan kelompok garis keras itu.

"Saya telah bertemu dengan para pemimpin agama dan sesepuh serta menerima tuntutan mereka akan gencatan senjata dan rekonsiliasi dengan para anggota oposisi dan saya minta pada semua partai oposisi untuk menghentikan kekerasan yang tidak perlu," Ahmed mengatakan pada wartawan.

"Para penengah telah minta saya untuk mmeperkenalkan syariah Islam di negara ini dan saya setuju."

Milisi garis keras Shebab dan pejuang Islam lainnya telah melancarkan perang terhadap pemeritah dan sekutunya sejak dan sebelum Ahmed memegang tampuk kekuasaan, berjanji untuk berperang hingga semua tentara asing mundur dan hukum syariah diterapkan.

Sedikitnya 30 orang tewas pekan ini dalam bentrokan paling berdarah sejak presiden, seorang Islamis moderat, terpilih.

Penjaga perdamaian Uni Afrika, yang tak henti-hentinya mendapat serangan dari gerilyawan Islamis, adalah satu-satunya pasukan asing yang tinggal di negara itu setelah tentara Ethiopia mundur bulan lalu.

"Kami telah minta pada presiden untuk melaksanakan hukum syariah di negara ini dan menerima mediasi," kata Sheikh Bashir Ahmed, pemimpim Perhimpunan Sarjana Islam Somalia dan salah satu penengah.

"Ia setuju dan kami mengharapkan hal itu akan mengakhiri kekerasan di negara ini."

Proposal untuk memperkenalkan hukum syariah masih harus disahkan oleh parlemen Somalia.

Ahmed menjadi presiden menyusul rekonsiliasi yang diperantarai-PBB di Djibouti yang ditujukan untuk membawa stabilitas ke negara Tanduk Afrika itu setelah bertahun-tahun kekacauan.

Setelah gerakan Islamnya diusir pada awal 2007 oleh pasukan Somalia yang didukung-Ethiopia, Ahmed membentuk kelompok oposisi yang kemudian masuk ke pembicaraan damai dengan pemerintah sementara Somalia.

Pasukan Islam yang menentang upaya rekonsiliasi yang disponsori PBB itu telah melancarkan beberapa kali serangan mematikan terhadap pemerintah dan pasukan Uni Afrika dalam beberapa hari belakangan ini.

Serangan-serangan itu tampaknya sebagai peringatan pada Ahmed, yang telah berjanji untuk menstabilkan Somalia.

Shebab juga menyatakan bertanggugjawab atas yang diduga serangan bunuh diri terhadap tentara Uni Afrika di Mogadishu yang menewaskan 11 penjaga perdamaian Burundi, Minggu.

Bulan lalu, mereka mengambil kekuasaan kota Baidoa di Somalia selatan-tengah yang menampung parlemen federal sementara setelah tentara Ethiopia mundur.

Ketika berkuasa pada 2006, kelompok Islamis memperkenalkan bentuk syariah yang keras dan antara lain melakukan esksekusi, menutup gedung bioskop, dan mencambuk pelanggar obat bius. Mereka juga melarang musik asing, melarang angkutan umum dan komersial pada waktu shalat dan memutuskan bahwa orang Islam yang tidak shalat setiap hari dapat dihukum dengan kematian.

Pada saat pemilihannya, Ahmed berjanji akan membangun pemerintah yang inklusif, menjangkau kelompok garis keras dan membawa Somalia kembali ke rangkulan regional.

Pada Sabtu, ia mengatakan pemerintah baru 36 menteri itu kembali ke Mogadishu setelah memulai pekerjaannya di pengasingan di Djibouti.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009