Washington (ANTARA News/Reuters) - Kapten kapal barang AS Richard Phillips diselamatkan Minggu dari tangan perompak Somalia yang menyanderanya di sebuah sekoci setelah mereka gagal membajak kapal itu, kata Angkatan Laut AS.

"Saya bisa mengatakan kepada anda bahwa ia bebas dan selamat," kata Mayor (AL) John Daniels.

Ia belum memiliki keterangan mengenai kondisi fisik Phillips dan tidak bisa memastikan sebuah laporan CNN bahwa tiga dari empat perompak yang menahan kapten kapal itu dibunuh oleh pasukan AS. CNN mengatakan, perompak keempat ditangkap.

Perusahaan pemilik kapal Maersk menyatakan, mereka menerima laporan mengenai penyelamatan Phillips dari Angkatan Laut AS pada pukul 17.30 GMT (Senin pukul 00.30 WIB) dan memberi tahu awak kapal itu.

"Kami sangat terharu mengetahui Richard selamat dan akan bersatu lagi dengan keluarganya," kata pemimpin eksekutif perusahaan perkapalan Maersk Line, John Reinhart, dalam sebuah pernyataan.

Empat perompak menahan Phillips sejak upaya gagal mereka membajak kapal peti kemas yang dibawa kapten tersebut, Maersk Alabama yang memiliki berat 17.000 ton, beberapa ratus mil di lepas pantai Somalia.

Phillips tampaknya datang sukarela ke sekoci perompak itu untuk menjadi sandera dan demi keselamatan 20 orang awak Amerika-nya, yang kemudian berhasil mengendalikan lagi kapal barang tersebut.

Kapal itu, yang membawa bantuan makanan utuk Uganda dan Somalia, melanjutkan perjalanan ke Kenya, negara tujuannya, setelah upaya pembajakan yang gagal itu.

Pembebasan kapten kapal itu mengakhiri ketegangan di laut selama lima hari antara orang-orang bersenjata Somalia dan pasukan AS.

Tiga kapal perang AS berada di sekitar lokasi penyanderaan itu dan mengawasi keadaan.

Kapal USS Bainbridge berada di dekat sekoci perompak itu dua hari lalu dan memanggil orang-orang FBI dan aparat lain AS untuk membantu berunding dengan perompak.

Dua kapal perang lain AS kemudian bergabung dengan kapal perusak Amerika itu.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Pembajakan oleh perompak Somalia menurun pada 2009 setelah angkatan laut internasional mulai melakukan patroli di kawasan perairan yang ramai di Teluk Aden.

Tahun lalu perompak telah membuat kawasan Teluk, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Timur Tengah melalui Terusan Suez, menjadi tempat pelayaran paling berbahaya di dunia. Puluhan kapal dibajak dan puluhan juta dolar dibayar sebagai tebusan bagi pembebasan sejumlah kapal.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU) untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Perompak Somalia sepanjang tahun ini menahan sejumlah kapal setelah tahun lalu membajak 42 kapal di Teluk Aden yang ramai dan jalur pelayaran Lautan India.

EU telah memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU.

NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia.

Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, sebelumnya mengancam akan meledakkan kapal Ukraina pengangkut senjata yang dibajak jika mereka tidak menerima uang tebusan yang dituntut sebesar 20 juta dolar.

Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden.

Kapal Ukraina itu dibebaskan pada 5 Februari setelah pembayaran uang tebusan 3,2 juta dolar.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009