Brussel (ANTARA News/Reuters) - Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon dan Presiden Somalia Sheikh Sharif Ahmed hari Kamis mendesak donor internasional memberi negara Afrika timur itu dana lebih besar untuk memerangi perompakan dan memulihkan ketertiban setelah kekacauan dua dasawarsa.

Ban dan Ahmed menyampaikan permohonan itu pada sebuah konferensi di Brussel yang bertujuan mengumpulkan dana sedikitnya 250 juta dolar untuk membantu pemerintah Somalia meningkatkan pengamanan dan menopang pasukan Uni Afrika (AU) di negara Tanduk Afrika tersebut.

Pembajakan kapal-kapal di Teluk Aden dan Lautan India oleh kelompok-kelompok bersenjata Somalia telah mendorong kenaikan ongkos asuransi dan beaya lain di jalur pelayaran yang menghubungkan Eropa dengan Asia, dan Washington telah lama berusaha memastikan bahwa Al-Qaeda tidak bisa beroperasi di Somalia.

"... Pemulihan keamanan dan stabilitas di Somalia sangat penting bagi keberhasilan upaya rekonsiliasi dan kelangsungan pemerintah persatuan," kata Ban pada konferensi itu, yang diadakan di bawah pengawasan PBB. "Banyak hal masih harus dilakukan."

Ban menegaskan lagi bahwa ia tidak berniat mengirim pasukan PBB ke Somalia dalam waktu dekat, dengan mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian hanya akan pergi ketika "keadaannya tepat".

Penyelenggara pertemuan itu, yang diketuai oleh Ban dan AU, mengatakan, dana lebih dari 250 juta dolar diperlukan tahun depan untuk memperbaiki keamanan di sebuah negara yag tidak memiliki pemerintah pusat sejak 1991 dan dilanda konflik.

Para pejabat Uni Eropa (EU) mengatakan, tujuannya adalah membangun pasukan kepolisian yang beranggotakan sekitar 10.000 personel dan pasukan keamanan yang mencakup sekitar 5.000 orang. Dukungan juga diupayakan bagi Misi Uni Afrika AMISOM yang beranggotakan 4.300 orang di Somalia.

Banyak pemimpin dunia mengatakan bahwa Ahmed, seorang mantan pemimpin pemberontak Islamis yang dipilih pada perundingan yang ditengahi PBB pada Januari, menawarkan harapan terbaik bagi tahun-tahun pemulihan stabilitas, meski pemerintahannya itu merupakan upaya ke-15 dalam 18 tahun ini untuk membentuk sebuah pemerintah pusat.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Pembajakan oleh perompak Somalia menurun pada 2009 setelah angkatan laut internasional mulai melakukan patroli di kawasan perairan yang ramai di Teluk Aden.

Tahun lalu perompak telah membuat kawasan Teluk, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Timur Tengah melalui Terusan Suez, menjadi tempat pelayaran paling berbahaya di dunia. Puluhan kapal dibajak dan puluhan juta dolar dibayar sebagai tebusan bagi pembebasan sejumlah kapal.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU) untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009