Paris (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Perancis menyergap 11 tersangka perompak Somalia, Minggu, setelah kelompok itu salah menduga kapal angkatan laut Perancis sebagai kapal komersial dan mulai bergerak mendekatinya dalam persiapan penyerangan, kata seorang jurubicara Kementerian Pertahanan Perancis.

Perompak Somalia yang bersenjata berat meningkatkan serangan mereka terhadap kapal-kapal di jalur pelayaran Lautan India dan Teluk Aden, dengan membajak puluhan kapal, menyandera ratusan orang dan memperoleh uang tebusan jutaan dolar.

Angkatan Laut Perancis menangkap para tersangka perompak itu, yang berada di tiga kapal kecil, di lokasi 1.000 kilometer di lepas pantai Somalia di Lautan India.

"Mereka salah menduga Nivose sebagai sebuah kapal komersial dan bergerak ke arahnya untuk mencegatnya," kata jurubicara itu.

"Nivose kemudian mengirim kapal kecilnya ke perairan dengan dilengkapi pasukan komando dan mengerahkan sebuah helikopter dan menghentikan ke-11 perompak yang berada di tiga kapal ini," katanya.

Dari ketiga kapal itu, dua adalah kapal kecil yang digunakan perompak untuk melakukan penyerangan dan satu lagi merupakan kapal induk yang digunakan untuk mengangkut perbekalan seperti bahan bakar minyak, air dan makanan.

Pasukan komando juga menemukan sejumlah senapan dan roket di kapal-kapal itu.

"Para perompak itu kini berada di kapal Nivose," kata jurubicara itu.

"Untuk saat ini kami belum memiliki petunjuk mengenai apa yang akan dilakukan pasukan Uni Eropa terhadap para perompak ini," tambahnya.

Sabtu, patroli angkatan laut Perancis menangkap tiga perompak lain di perairan Seychelles dan menyerahkan mereka kepada petugas penjaga pantai, kata kantor presiden di kepulauan itu.

Serangan-sreangan perompak telah mengganggu pengiriman bantuan PBB, mendorong peningkatan ongkos asuransi dan membuat sejumlah perusahaan memilih rute pelayaran antara Eropa dan Asia dengan melewati daerah sekitar Afrika Selatan.

Armada angkatan laut dari AS, Eropa dan Asia telah dikerahkan di kawasan itu untuk melindungi kapal-kapal dagang.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Pembajakan oleh perompak Somalia menurun pada 2009 setelah angkatan laut internasional mulai melakukan patroli di kawasan perairan yang ramai di Teluk Aden.

Tahun lalu perompak telah membuat kawasan Teluk, yang menghubungkan Eropa dengan Asia dan Timur Tengah melalui Terusan Suez, menjadi tempat pelayaran paling berbahaya di dunia. Puluhan kapal dibajak dan puluhan juta dolar dibayar sebagai tebusan bagi pembebasan sejumlah kapal.

Beberapa ahli keamanan mengatakan, meski operasi-operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU) untuk sementara bisa menangkal aksi perompak dan menjamin jalur aman bagi pelayaran kapal, masalah pembajakan yang telah membuat beaya asuransi melonjak itu tidak akan terpecahkan sampai aturan hukum ditegakkan lagi di Somalia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009