Jakarta (ANTARA News) - Menjelang penutupan Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang dijadwalkan 12 Juli 2009, sejumlah stand pameran melakukan diskon besar-besar untuk menghabiskan stok barangnya.

"Penutupan sisa tiga hari lagi, jadi kami banting harga, agar tidak banyak barang dibawa pulang," kata salah seorang penjaga stand produk meubel, Sudirman dari Provinsi Jambi saat dikonfirmasi di PRJ, Kamis.

Pemberian potongan harga itu misalnya, satu set meja makan seharga Rp4,5 juta diturunkan menjadi Rp3,75 juta dan ukiran ikan hias arwana seharga Rp1,75 juta menjadi Rp1,2 juta.

Menurut pengusaha meubel dari kayu ini, penurunan harga produk antara 20 - 30 persen itu ditempuh, karena dinilai lebih memudahkan dari segi pengiriman barang kembali ke daerah asal, termasuk meminimalkan biaya pengiriman.

Dia mengatakan, untuk mendatang aneka meubel kayu berupa meja teras, meja tamu dan aneka hiasan rumah seperti ukiran ikan lohan, ikan arwana dan naga dibutuhkan dana sekitar Rp18 juta untuk membayar ongkos transportasi.

Sementara untuk mengembalikan barang yang tersisa, ia memprediksi, masih butuh sekitar Rp15 juta. Karena itu, langkah memberikan diskon besar-besaran kepada pengunjung atau pembeli di PRJ jauh lebih baik, daripada rugi menanggung biaya transportasi.

Hal senada diakui staf penjualan di stand Komunitas Tangan di Diatas (KTA), Astuti. Dia mengatakan, harga pakaian anak yang semula dijual seharga Rp45 ribu per lembar, diturunkan menjadi Rp25 ribu. Begitu pula dengan pakaian wanita yang di atas Rp100 ribu diturunkan menjadi Rp75 ribu.

"Kami ingin agar stok barang yang ada tidak banyak yang sisa, agar tidak merugi. Karena untuk membayar satu stand selama sebulan sedikitinya dibutuhkan dana Rp20 juta," katanya.

Untuk menutupi semua biaya tersebut, ia mengakui, kemungkinan sulit terpenuhi karena pembeli agak sepi, meskipun pengunjung PRJ membludak pada musim liburan sekolah ini.

"Mereka yang datang biasanya hanya lihat-lihat saja, hanya sedikit yang membeli," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009