Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Milisi Shebab yang berhaluan keras memenggal dua orang karena mendukung pemerintah Somalia pimpinan Presiden Sharif Sheikh Ahmed yang mendapat dukungan internasional, kata seorang gerilyawan dan salah satu kerabat korban kepada AFP, Jumat.

Orang-orang itu dibunuh Rabu di dekat Baidoa, sebuah kota di Somalia selatan yang dikuasai oleh milisi tersebut, kata seorang anggota Shebab yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.

"Benar bahwa dua orang yang didapati membantu musuh Allah dipenggal tiga hari lalu dan beberapa orang lain masih ditahan," katanya. "Mereka sedang diselidiki dan jika terbukti bersalah mereka akan menghadapi eksekusi."

Muktar Abdullahi, yang saudaranya adalah salah satu dari kedua orang yang dipenggal itu, mengatakan, "Kami mencari mereka dalam sepekan ini dan kami akhirnya mendapat informasi yang memastikan bahwa mereka dipenggal."

"Tidak seorang pun menjelaskan secara tegas kepada kami mengapa mereka dibunuh, namun beberapa anggota Shebab mengatakan bahwa mereka membantu pemerintah Somalia," kata Abdullahi.

Orang-orang itu hilang sepuluh hari lalu.

Shebab, yang berperang untuk mendongkel Sharif, memberlakukan hukum sharia yang ketat di daerah-daerah yang mereka kuasai.

Bulan lalu milisi Shebab memotong tangan kanan dan kaki kiri empat orang yang dinyatakan bersalah melakukan pencurian oleh pengadilan mereka di Mogadishu, ibukota Somalia.

Gerilyawan Islamis itu pada awal Mei meluncurkan ofensif baru terhadap pemerintah.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Lebih dari 200.000 orang terlantar dalam dua bulan terakhir, sementara ratusan warga sipil diyakini tewas atau cedera, menurut Kantor Komisi Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Shebab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut Shebab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009