Jakarta (ANTARA News) - Pameran tenun nusantara bertajuk "Merajut Waktu Mejalin Makna" yang berlangsung di Galeri North Art Space (NAS) Pasar Seni Ancol Jakarta sebagai upaya melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Kegiatan pameran tersebut berlangsung hingga 31 Juli 2009 itu menampilkan berbagai corak tenun tradisional dari sejumlah daerah di tanah air.

"Tenun merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya dan telah mendapat penghargaan dunia internasional," kata Direktur Utama PT Pembangunan Taman Impian Ancol, Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, karya tenun tradisional tersebut juga telah mendapat pengakuan dari masyarakat internasional serta diakui memiliki estetika bernilai budaya tinggi.

"Pameran ini juga untuk mengapresiasikan para perupa yang terus berupaya memperkenalkan dan mendekatkan kekayaan budaya bangsa, serta bertujuan memberikan kesempatan kepada warga untuk mengetahui bahwa seni tenun telah berevolusi dengan perkembangan jaman," katanya.

Sementara Manajer Cita Tenun Indonesia (CTI), Meitia Suty mengatakan, dalam kehidupan sehari-hari hasil tenun tradisional maupun modern mempunyai posisi penting dalam kehidupan masyarakat dan nilai ekonomis yang tinggi.

"Banyak karya-karya perancang mode ternama maupun benda-benda keseharian menggunakan tenun maupun lapisan kain tenun sebagai altenatif yang secara kreatif bisa dikembangkan lebih lanjut," katanya.

Pameran tenun itu mampu menarik perhatian pengunjung taman wisata dikawasan pantai utara Jakarta menampilkan puluhan ragam hasil tenun dari sejumlah wilayah di Indonesia. Mulai dari pola rumit serta halus dengan pola stilasi hingga bentuk geometris yang berlapis.

"Pola dan bentuk seperti itu terdapat pada tenun Aceh, Minangkabau dan Palembang dalam bentuk kain tenun songket," ucapnya.

Sedangkan pada pola sederhana dan figuratif serta dinamis, kata Meitia, terdapat dalam tenun yang berasal dari Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

"Corak tenun dengan warna cerah sebagian besar dari Sulawesi sedangkan warna minimalis dan didominasi warna gelap dari suku Badui," ujarnya.

Kurator Rifqi Efendi mengatakan, pameran kali ini terlaksana dengan melibatkan berbagai kreatifitas karya tenun tradisional kontemporer.

"Tema yang diangkat dalam pameran tersebut merupakan suatu tinjauan bagaimana hasil tenun nusantara terus berkembang sesuai dengan perubahan sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya. Oleh karena itu mengamati pola-pola motif dan warna serta penerapannya menjadi hal penting," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009