Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Milisi garis keras Somalia Shebab hari Senin menyerbu kantor-kantor tiga organisasi PBB beberapa jam setelah melarang operasi mereka atas tuduhan perwakilan badan dunia itu "musuh Islam dan muslim".

Kelompok bersenjata itu menyerbu kantor-kantor Progam Pembangunan PBB, Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB, serta Kantor Politik PBB untuk Somalia, di dua kota wilayah selatan negara itu dan menyita peralatan kantor.

"Badan-badan asing itu didapati melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan manfaat penduduk muslim Somalia dan dengan pendirian sebuah negara Islam di Somalia," kata Shebab dalam sebuah pernyataan.

Penyerbuan di kota-kota Wajid dan Baidoa yang dilakukan beberapa jam setelah pernyataan itu dikeluarkan hanya ditujukan pada tiga organisasi PBB, sementara kantor-kantor lain PBB di kompleks yang sama tidak diganggu, kata seorang pejabat PBB di Baidoa kepada AFP.

"Mereka menyita peralatan di kantor-kantor itu dan meminta para pegawai tidak khawatir dan tidak ada orang yang akan melukai mereka," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

"Mereka mengatakan bahwa penyerbuan itu hanya dilakukan pada perkantoran badan-badan PBB yang kegiatannya mereka larang," tambahnya.

Kelompok gerilyawan yang terilhami Al-Qaeda itu telah menguasai sejumlah besar wilayah di Somalia selatan dan tengah dalam perang mereka melawan pemerintah dan pasukan Ethiopia sekutunya yang menghalau pemerintah Islamis dari Mogadishu beberapa waktu lalu.

Shebab, yang berperang untuk mendongkel pemerintah Presiden Sharif Sheikh Ahmed yang mendapat dukungan internasional, memberlakukan hukum sharia yang ketat di daerah-daerah yang mereka kuasai.

Gerilyawan Islamis itu pada awal Mei meluncurkan ofensif baru terhadap pemerintah.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Lebih dari 200.000 orang terlantar dalam dua bulan terakhir, sementara ratusan warga sipil diyakini tewas atau cedera, menurut Kantor Komisi Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Shebab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut Shebab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009