Jakarta (ANTARA News) - Ahli forensik Universitas Indonesia, Dr Djaja Surya Atmadja, mengatakan, David Hartanto Widjaya (22) mengalami luka defensif yang menunjukkan bahwa mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) diserang sebelum wafat.

"Luka yang terdapat di tubuh David adalah defensif wound atau luka karena mempertahankan diri," kata Djaja dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Sedangkan yang kerap diberitakan media di Singapura adalah David melakukan penyerangan kepada Profesor Chan Kap Luk, dosennya di NTU, sebelum David melakukan bunuh diri.

Djaja memaparkan, luka terbuka dengan tepi rata pada lengan atas kiri dan kanan sesuai dengan luka tangkis atau luka karena melindungi diri.

"Hal itu menunjukkan bawa David diserang oleh senjata tajam dan melindungi dirinya," katanya.

Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari keterangan hasil otopsi David oleh Health Science Authority Singapore, ditemukan luka melebar di pergelangan tangan kanan.

Padahal, ujar Djaja, kalau David bunuh diri seharusnya luka seperti itu terdapat di pergelangan tangan kiri karena David bukanlah orang kidal.

Djaja juga mengemukakan, robekan di ginjal kiri David cenderung kepada kekerasan benda tumpul dibanding dengan kekerasan akibat jatuh dari ketinggian seperti yang dijelaskan dalam Pengadilan Koroner Singapura.

Ia juga menyorot patah tulang spiral pada paha kiri David yang sangat jarang disebabkan jatuh dari ketinggian.

Sebelumnya, Pengadilan Koroner Singapura pada Rabu (29/7) memutuskan bahwa almarhum David telah melakukan bunuh diri sehingga kasus tersebut tidak bisa dibawa ke pengadilan kriminal.

Selain itu, submission atau materi keberatan dan tanggapan hukum yang diajukan pihak keluarga David dibantah oleh jaksa negara jiran tersebut.

Pihak keluarga dan berbagai pihak meyakini David meninggal karena telah dibunuh dan bukan karena bunuh diri sebagaimana yang dikatakan sejumlah pihak di Singapura.

Sebagaimana telah diberitakan, David Hartanto Widjaya meninggal secara tidak wajar di dalam kampusnya di Singapura pada tanggal 2 Maret 2009. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009