Bossaso, Somalia (ANTARA News/Reuters) - Perompak Somalia menemukan tujuh mayat rekan mereka yang mengapung di lautan dan berjanji melakukan pembalasan terhadap nelayan-nelayan Mesir yang membunuh mereka selama pelarian, kata seorang perompak, Minggu.

Kelompok 34 nelayan Mesir yang ditahan perompak Somalia sejak April berhasil mengalahkan para penjaga Kamis dan melarikan diri dengan kedua kapal nelayan mereka setelah tembak-menembak.

Dua dari perompak yang menahan mereka tewas selama bentrokan itu, dan perompak mengatakan bahwa orang-orang Mesir itu membawa sejumlah rekan mereka selama pelarian tersebut.

"Kami menemukan tujuh rekan kami yang tewas mengapung di laut," kata Farah, seorang perompak, melalui telefon dari salah satu markas bajak laut, Las Qoray. Mayat ketujuh orang itu ditemukan pada Sabtu.

"Awak kapal Mesir itu membunuh mereka... kami biasanya menyambut mereka dan memperlakukan mereka lebih baik daripada sandera-sandera lain, namun jika kami menangkap mereka lagi, kami akan melakukan pembalasan," kata perompak itu.

Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut Al-Shabab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Sheikh Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009