Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed hari Senin mendesak masyarakat internasional berbuat lebih banyak untuk membantu pemerintah transisinya yang sedang menghadapi pemberontakan yang diilhami Al-Qaeda.

Sharif mengatakan dalam wawancara dengan AFP, peluang pemerintahnya lebih besar saat ini dibanding dengan ketika ia mulai berkuasa pada Januari dengan dukungan masyarakat internasional.

Namun, ia mengatakan, negara-negara besar dunia harus berbuat lebih banyak untuk membantu.

"Masyarakat internasional bisa melakukan hal lebih banyak untuk membangun lagi Somalia, prasarananya dan pasukan keamanannya. Kami masih berada pada tahap janji-janji," kata Sharif.

"Rakyat telah melihat wajah sesungguhnya dari oposisi, mereka membunuh, mereka menteror penduduk," katanya, menunjuk pada dua kelompok gerilya muslim garis keras yang menguasai sejumlah besar wilayah di negara Tanduk Afrika itu.

"Ada rencana untuk mengalahkan pemerintah ini, dan mengingat hal itu, kenyataan bahwa pemerintah masih bekerja merupakan satu keberhasilan," katanya di tempat kediamannya Villa Somalia di Mogadishu, yang mendapat pengamanan dari pasukan penjaga perdamaian Uganda.

Pemerintah transisi hanya menguasai sejumlah kecil wilayah di Mogadishu, ibukota Somalia, dan sisanya dikuasai Al-Shabaab yang diilhami Al-Qaeda dan kelompok lebih politis Hezb al-Islam.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan sedikitnya 13 kapal dan lebih dari 230 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009