Nairobi (ANTARA News/Reuters) - Perompak Somalia membebaskan kapal barang Yunani MV Delvina, yang diawaki oleh 21 orang, terdiri dari tujuh warga Ukraina dan 14 Filipina, kata seorang pejabat pelayaran Kenya, Kamis.

Kapal yang membawa gandum itu dibajak pada 5 November di daerah sebelah baratlaut Madagaskar.

"Mereka pasti telah membayar uang tebusan," kata Andrew Mwangura, koordinator Program Bantuan Pelaut Afrika Timur yang berkantor di Kenya. "Kapal itu sedang dalam perjalanan ke Mombassa."

Perusahaan pemilik Delvina, Meadway Shipping, mengatakan dalam sebuah pernyataan, kapal itu dibebaskan Kamis sore dan semua awaknya selamat tanpa cedera meski ditahan perompak selama 43 hari.

Kapal itu dibajak di daerah timurlaut Kepulauan Komoro di Lautan India ketika sedang berlayar dari Ukraina menuju Mombassa di Kenya, kata perusahaan itu tanpa memberikan penjelasan mengenai kondisi pembebasannya.

"Perusahaan tidak ingin membahayakan keselamatan kapal-kapal atau awak lain yang masih ditahan oleh perompak di daerah itu," katanya.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang tahun lalu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009