Washington (ANTARA News) - Pemimpin Kuba tidak ingin menormalisasi hubungan dengan Washington karena mereka akan `kehilangan alasan` untuk stagnasi ekonomi negara, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, Jumat.

AS menerapkan embargo perdagangan berpuluh tahun terhadap rezim partai tunggal Komunis satu-satunya di Amerika itu. Namun ketika Presiden Barack Obama mengambil alih kekuasaan pada tahun lalu menawarkan perbaikan hubungan, jika Presiden Raul Castro memperbaiki penanganan hak asasi manusia (HAM) di negaranya.

Meskipun demikian, Ny. Clinton mempersalahkan Castro dan abangnya Fidel - pemimpin Kuba dari 1959-2008 - atas kegagalan tujuan Washington untuk memperbaiki hubungan mereka.

AS berusaha untuk memperbaiki kerjasama, namun Ny. Clinton mengatakan, namun Castro bersaudara `tidak ingin berupaya mengakhiri embargo dan tidak ingin berusaha untuk menormalisasi hubungan dengan AS, karena mereka akan kehilangan semua alasan mereka atas apa yang terjadi di Kuba selama 50 tahun terakhir,` kata Ny. Clinton.

"Saya mendapati ini sangat menyedihkan, karena tidak akan ada kesempatan untuk perubahan," ke arah demokrasi di Kuba," kata Ny. Clinton, saat menjawab pertanyaan mahasiswa dalam kunjungan ke Universitas Louisville, di negara bagian Kentucky.

"Rakyat Kuba mestinya memiliki demokrasi untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempunyai peluang untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Namun sayangnya, saya tidak melihat bahwa hal itu terjadi sementara Castro masih berkuasa," kata diplomat tertinggi AS itu.

Raul Castro secara resmi menjadi presiden pada 2008, setelah saudara tuanya meletakkan jabatan karena masalah kesehatan yang serius.

Namun demikian, Fidel, kini 83 tahun, masih sangat besar pengaruhnya dalam berbagai masalah di Kuba.

Ny. Clinton juga menegaskan apa yang dia katakan tumbuhnya pengakuan dari masyarakat internasional, bahwa Havana mengambil tindakan keras mengenai HAM.

"Untuk pertama kalinya, banyak negara yang tidak melakukan apapun kecuali mencaci-maki karena kegagalan kami untuk lebih membuka hubungan dengan Kuba, kini mulai mengecam Kuba, karena mereka membiarkan rakyatnya mati," katanya.

"Banyak negara di dunia kini melihat apa yang kami telah lihat sejak lama, yakni pendirian sangat keras, rezim berurat berakar yang mencekik kesempatan rakyat Kuba."(H-AK/M043)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010