Amsterdam (ANTARA News/Reuters) - Sekelompok orang Somalia yang diduga perompak harus diadili di Belanda dan tidak diekstradisi ke Jerman, kata pengacara mereka, Jumat, yang menyoroti rumitnya proses hukum terhadap perompak Somalia yang tertangkap.

Marinir Belanda menaiki sebuah kapal komersial Jerman yang dibajak 500 mil laut di lepas pantai Somalia pada April dan menangkap 10 tersangka perompak setelah tembak-menembak.

Jerman sejak itu meminta ekstradisi perompak-perompak tersebut agar bisa mengajukan tuntutan kriminal terhadap mereka. Pengadilan di Amsterdam akan memutuskan permohonan ekstradisi itu pada 4 Juni.

"Masalahnya adalah mereka tidak yakin mengapa orang-orang Jerman mengklaim memiliki wewenang untuk mengadili orang-orang ini," kata pengacara Michiel Balemans yang membela para tersangka itu kepada wartawan di luar pengadilan.

"Pihak berwenang Belanda menangkap orang-orang ini dan itu langkah pertama penuntutan... dan tidak ada alasan bagi Jerman untuk mengambi alih penuntutan," katanya.

Balemans mengatakan kepada pengadilan, permohonan ekstradisi oleh Jerman itu tidak jelas dan membingungkan -- menunjuk pada kekacauan menyangkut bendera yang dikibarkan kapal itu ketika dibajak.

Sementara itu, sebuah pengadilan Belanda di Rotterdam akan memulai proses hukum terhadap sekelompok orang Somalia yang berusaha membajak sebuah kapal dari Antilles Belanda pada Januari 2009.

Para ahli pada sebuah konferensi di Den Haag pada Desember mengatakan, upaya-upaya untuk membentuk pengadilan internasional guna menyidangkan perompak Somalia menghadapi hukum rumit yang mengatur wilayah laut dan kedaulatan nasional serta kurangnya pasukan kepolisian yang efektif.

Masyarakat internasional semakin kecewa dengan proses hukum yang tidak jelas menyangkut perompakan.

Somalia tidak memiliki prasarana hukum bagi persidangan-persidangan, dan perompak yang ditangkap seringkali dibebaskan karena tidak ada kesepakatan mengenai negara mana yang akan mengadili mereka.

Pada 7 Mei, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pembebasan para perompak yang membajak sebuah kapal minyak di Teluk Aden karena tidak ada landasan hukum untuk menuntut mereka di Moskow.

Kelompok orang Somalia itu dua hari sebelumnya membajak kapal Rusia MV Moscow University, yang sedang dalam perjalanan ke China dengan 23 orang awak dan muatan minyak mentah senilai 52 juta dolar.

Kapal minyak itu dibebaskan dan pembajaknya ditahan setelah tembak-menembak dengan pasukan yang berada di sebuah kapal perang Rusia yang menewaskan seorang perompak.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden dalam beberapa bulan ini meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang pada tahun itu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Perompak dari negara Tanduk Afrika yang gagal itu saat ini menahan belasan kapal dan lebih dari 200 orang awak kapal, termasuk pasangan Inggris yang kapal pesiarnya dibajak di lepas pantai Seychelles.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010