Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 13 orang suku Baduy dari Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak, Banten, menggelar ritual "Adat Panambaan" di lokasi semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas, Kabupaten Sidoarjo, Jatim, Selasa sore.

Sebelum menuju lokasi semburan, mereka menghadap Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, di ruang kerjanya, Jalan Pahlawan, Surabaya, untuk meminta izin.

Mereka melakukan ritual itu setelah mendapatkan perintah dari para sesepuh suku Baduy yang merasa prihatin atas semburan lumpur panas yang terjadi sejak Mei 2006.

"Sebagai sesama saudara, kami merasakan penderitaan masyarakat di sekitar lokasi semburan lumpur. Kami hanya bisa membantu doa dan ritual Adat Panambaan Lapindo," kata Dainah selaku Kepala Desa Kanekes.

Sebelum bertolak menuju Surabaya, ke-13 orang Baduy yang mengenakan pakaian adat hitam-hitam lengkap dengan penutup kepala berupa lilitan kain warna ungu tanpa menggunakan alas kaki itu, telah mendapatkan izin dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Minggu (10/10).

Mereka berangkat menuju Surabaya dengan menggunakan bus milik Pemprov Banten, Minggu (10/10) pagi sekitar pukul 07.00 WIB dan tiba di kantor Pemprov Jatim, Selasa siang pukul 11.00 WIB.

Setelah diterima Wagub Jatim, ke-13 orang tersebut langsung bertolak menuju lokasi semburan Lumpur Lapindo. "Ritual harus dilakukan hari Selasa. Setelah itu, kami langsung pulang," kata Dainah seraya menjelaskan dalam ritual itu mereka akan membaca doa selama 30 menit diakhiri dengan melarung sesajian di lokasi semburan.

Keprihatinan terhadap korban bencana sebelumnya juga telah dilakukan warga suku Baduy itu di Gunung Merapi, Yogyakarta, dan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, serta beberapa lokasi bencana alam lainnya.

Sementara itu, Wagub Jatim Saifullah Yusuf sudah merasa akrab dengan warga suku Baduy sejak lama."Sebelum Ibu Megawati jadi Presiden, saya sudah pernah tidur di kampung Suku Baduy," kata mantan fungsionaris DPP PDIP itu.

Kemudian, saat Saifullah menjabat Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal juga berkesempatan mendatangi suku Baduy."Saya turut membangun pagar agar hewan ternak masyarakat suku Baduy tetap aman," ucapnya mengungkapkan.

Sebanyak 13 orang yang datang itu merupakan masyarakat suku Baduy dalam dan Baduy luar. Hingga saat ini Desa Kanekes yang berada di lereng Pegunungan Kendeng itu dihuni 11.158 jiwa atau 2.853 kepala keluarga yang semuanya merupakan suku Baduy.
(M038/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010