Jakarta (ANTARA News) - Mencairnya gletser dan lembaran es  menyebabkan terbebaskannya  polutan penyebab kanker ke udara dan lautan, ungkap para ilmuwan seperti dikutip dari Dailymail.

Bahan kimia yang tahan lama itu masuk ke rantai makanan dan makin menumpuk dalam tubuh manusia  sehingga dapat memicu tumor, penyakit hati dan ketidaksuburan.

Peringatan itu datang dari sebuah penelitian internasional terbaru yang meneliti tentang  hubungan antara perubahan iklim dan racun  buatan manusia yang disebut persistent organic pollutants (POPs).

Penelitian  yang  akan dilansir  bulan depan itu menyimpulkan bahwa naiknya suhu dan cuaca yang makin ekstrem menyebabkan manusia makin terpapar polutan di seluruh dunia, termasuk di wilayah Inggris.

Para ilmuwan  khawatir mengenai POPs karena mereka  bertahan satu dasawarsa di lingkungan dan berakumulasi dalam jaringan tubuh.

POPs antara lain adalah pestisida seperti DDT dan bahan kimia PCBs yang digunakan pada barang elektronik.

Donald Cooper, dari United Nations Environment Programme yang melansir laporan itu pada konferensi perubahan iklim PBB di Cancun, Meksiko mengatakan mencairnya gletser dan lembaran es menyebabkan lepasnya POPs yang terperangkap selama bertahun-tahun  ke dalam udara dan lautan.

Cuaca ekstrem - seperti  yang menyebabkan banjir di Pakistan-- membuat lepasnya polutan terlarang yang selama ini ditimbun dan akan dimusnahkan.

Suhu yang makin  tinggi tampaknya akan meningkatkan penyebaran malaria - dan meningkatkan penggunaan spray seperti DDT yang berbahaya bagi manusia.

Cooper mengatakan POPs dalam kuantitas yang sangat kecil awalnya masuk  rantai makanan lalu  terakumulasi pada tingkatan yang lebih tinggi seiring masuknya mereka dalam rantai makanan yang lebih tinggi. "Pada akhir rantai makanan adalah kita. kita menemukan mereka berada dalam air susu ibu dan di dalam darah kita," kata Cooper.

Ia menambahkan "hal ini merupakan persoalan di semua bagian di dunia karena POPs tidak peduli batas negara. Mereka menempuh  ribuan mil dan terus  berkembang."

"Di masa lalu polutan telah menempuh jarak jauh dan terperangkap dalam es di gletser dan lembaran es. tetapi seiring dengan mencairnya es, atau ketika suhu meningkat, mereka lepas kembali ke dalam lautan dan atmosfir."

"Tidak peduli anda tinggal di Kenya atau Inggris, makanan berpindah ke seluruh dunia."

Penelitian PBB menemukan bahwa kadar POPs  dalam air susu ibu dan darah telah meningkat di beberapa bagian  dunia.

PCB telah dilarang setelah penelitian-penelitian menunjukkan bahan itu seperti hormon seks dan punya kaitan dengan kanker dan ketidaksuburan.  PCB pernah digunakan dalam produk elektronik.

Penelitian itu juga menyadarkan tentang kekhawatiran mengenai makin terpaparnya manusia oleh DDT - insektisida yang dilarang untuk digunakan dalam pertanian, tetapi masih diperbolehkan untuk mengendalikan sebaran penyakit yang disebabkan oleh serangga.

Para peneliti itu juga khawatir terhadap PAH, polutan di udara yang merupakan hasil pembakaran bahan bakar.

Achim Steiner, direktur eksekutif dari UNEP mengatakan adanya cuaca yang aneh akan melepaskan timbunan pestisida berbahaya dan polutan lain.

"Peningkatan frekuensi dan semakin parahnya siklon tropis serta  banjir semakin mempertinggi risiko  pada timbunan berisi ribuan metrik ton pestisida POPs berbahaya," Ujarnya.

Suhu yang lebih tinggi dapat juga menyebabkan anjing laut, ikan paus dan beruang kutub lebih rentan terhadap polutan,  tulis laporan itu. Laporan lengkapnya akan dilansir pada bulan depan.
(yud/A038/ART)
 

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010