laju deforestasi Indonesia menurun drastis hingga 75 persen
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong mengatakan mulai tahun 2021, Indonesia memperkuat sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dengan penekanan pada kelestarian produk kayu.

"Ini berarti produk kayu bersertifikat SVLK harus diproduksi dengan manajemen hutan yang berkomitmen penuh pada kelestarian," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Karenanya, Indonesia menyerukan pasar memberi pengakuan yang lebih pantas pada SVLK, yang menjadi bagian dari skema kerja sama Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT), ujar dia dalam salah satu sesi diskusi di Paviliun Indonesia di COP26, Glasgow, Skotlandia.

Pasalnya SVLK melampaui soal pasokan produk kayu legal tapi juga soal upaya pengendalian pembalakan liar, perbaikan tata kelola hutan di tingkat tapak, dan pencegahan perubahan iklim.

Baca juga: APHI: Promosi perlu digencarkan untuk mendorong keberterimaan SVLK
Baca juga: Produk kayu RI ke EU di bawah AS dan China meski ada skema FLEGT

SVLK mulai dibangun pada 2001 dengan melibatkan multi pihak, pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat. Sistem tersebut lalu diberlakukan secara penuh pada 2016.

Pada tahun 2019 SVLK disetarakan sebagai lisensi FLEGT untuk pasar Uni Eropa. Hingga saat ini, SVLK menjadi satu-satunya skema sertifikasi kayu yang mendapat penyetaraan tersebut.

Pengalaman Indonesia mengimplementasikan SVLK menjadi inspirasi bagi negara lain seperti yang terjadi di Kongo. Menteri Ekonomi Kehutanan Kongo Rosalie Matondo mengatakan mereka terus mengembangkan sistem sertifikasi di bawah FLEGT dan menyatakan apa yang dicapai SVLK Indonesia bisa menjadi pelajaran di negaranya.

Baca juga: Dukungan keberlanjutan pada SVLK Indonesia
Baca juga: Indonesia dapat memimpin aksi iklim dengan SVLK, sebut Dubes COP26

Menurut Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto, sejak ada SVLK kasus pembalakan liar di Indonesia semakin berkurang.

"Secara langsung SVLK juga ikut membuat laju deforestasi Indonesia menurun drastis hingga 75 persen dalam satu dekade terakhir, menjadi tinggal 115 ribu hektare (ha) per tahun pada tahun 2019/2020. Ini terendah sepanjang sejarah," katanya.

Agus mengatakan, dengan proses dan capaian SVLK, pasar seharusnya memberi pengakuan yang lebih pada produk kayu Indonesia. Bukan hanya pasar Uni Eropa dan Inggris tapi juga global.

"Pasar Eropa dan juga dunia seharusnya memberi pengakuan pada produk dengan SVLK," kata Agus.

Baca juga: Pemerintah Inggris: SVLK selaraskan pelestarian dan perdagangan produk kayu Indonesia
Baca juga: Kepemimpinan Indonesia terapkan SVLK patut jadi contoh
 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021