Pengalaman imersif yang ada pada metaverse mampu menciptakan pengalaman baru atau new experience yang mendalam sehingga bisa memuaskan pelanggan
Jakarta (ANTARA) - Founder sekaligus Managing Director Shinta VR Andes Rizky menilai industri perbankan akan diuntungkan dengan adanya teknologi metaverse karena menawarkan pengalaman baru bagi nasabah yang berujung pada kepuasan nasabah.

"Pengalaman imersif yang ada pada metaverse mampu menciptakan pengalaman baru atau new experience yang mendalam sehingga bisa memuaskan pelanggan," ujar Andes dalam webinar yang digelar dengan teknologi metaverse di Jakarta, Rabu.

Andes menyampaikan, dalam sebuah studi disebutkan bahwa pengalaman baru membuat pelanggan lebih bahagia daripada obyek fisik. Perusahaan yang lebih memprioritaskan pengalaman daripada produk atau fitur memiliki kemungkinan rujukan 200 persen lebih besar dan loyalitas pelanggan 25 persen lebih banyak.

"Teknologi metaverse dengan pengalaman imersifnya mampu mengaburkan batas antara kenyataan dan dunia virtual. Nah, saya kira, bank tak perlu lagi menunggu dalam keraguan, sebab di metaverse ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank," kata Andes.

Beberapa peluang itu antara lain bank dapat mencoba menjangkau nasabah baru yang tidak dapat (atau tidak mau) pergi ke cabang dan masih menawarkan pengalaman yang imersif.

Survei terkait kebiasaan nasabah perbankan ketika masa pandemi yang dipublikasikan MarkPlus, Inc. (2020) menyebutkan intensitas komunikasi antara bank dan nasabah cenderung mengalami penurunan di masa pandemi virus corona (Covid-19).

Menurut Andes, pengalaman imersif mampu mengaburkan batasan antara dunia nyata dengan dunia digital atau dunia simulasi, sehingga penggunanya bisa merasakan suasana yang mirip dengan dunia nyata.

"Di metaverse aktivitas transaksi sederhana seperti pengiriman uang dapat dikelola di jendela teller bisa juga diwujudkan, sementara avatar karyawan di dalam ruang VIP virtual dapat membantu klien menganalisis atau merancang portofolio investasi bagi pelanggan. Ini bisa menjadi new experience tersendiri bagi nasabah," ujar Andes.

Senada dengan itu, pakar transformasi digital Bayu Prawira Hie mengatakan, teknologi metaverse sangat tepat digunakan bank-bank yang punya layanan priority banking atau private banking.

"Teknologi metaverse diyakini akan mampu memberikan pengalaman baru bagi nasabah perbankan, khsususnya nasabah prioritas dan private banking. Dalam beberapa tahun ke depan diyakini banyak bank di Indonesia akan masuk ke metaverse," ujar Bayu.

Saat ini sudah banyak bank di luar negeri, misalnya di Korea Selatan ada KB Kookmin Bank, Industrial Bank of Korea, NH Nonghyup dan Hana Bank yang menyatakan masuk ke metaverse untuk meningkatkan layanannya pada nasabah. Selanjutnya ada juga Bank of America, BNP Paribas lalu Bank of Kuwait dan terakhir Mecrobank di Swedia.

"Karena tuntutan perkembangan zaman memang seperti itu. Saya yakin akan banyak bank di Indonesia yang akan masuk ke metaverse. Sekarang ini banyak milenial dan anak-anak muda yang uangnya banyak dan menjadi nasabah prioritas atau bahkan private banking. Metaverse adalah pilihan yang tepat bagi bank untuk memberikan layanan terbaik kepada nasabah prioritas atau private banking," ujar Bayu.

Pasca Mark Zuckerberg mengumumkan mengganti nama Facebook menjadi Meta Platforms Inc. atau Meta pada 28 Oktober 2021 lalu, metaverse tiba-tiba menjadi topik paling aktual dan banyak dibicarakan orang di muka bumi ini. Apalagi, ketika pendiri Microsoft, Bill Gates memprediksi dalam dua hingga tiga tahun mendatang rapat-rapat kantor juga akan diadakan di metaverse.

Baca juga: Meta kembangkan komputer super AI berkinerja paling cepat di dunia
Baca juga: Metaverse dan web3.0 tantangan program literasi digital
Baca juga: Sandiaga Uno ajak generasi milenial ambil peluang di era metaverse

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022