New York (ANTARA) - Euro melonjak lebih dari satu persen terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena selera risiko kembali ke pasar keuangan dan harga-harga komoditas turun dari level tertinggi yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Setelah menyentuh level terendah dalam 22 bulan terakhir pada Senin (7/3/2022) di 1,0806 dolar, euro kemarin berada di 1,1019 dolar, terangkat 1,15 persen pada hari itu, setelah sebuah laporan yang mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan Uni Eropa sedang mendiskusikan penerbitan obligasi bersama untuk membiayai pengeluaran energi dan pertahanan.

Hanya satu bulan yang lalu, euro hampir menyentuh 1,15 dolar, dan penurunan cepatnya di bawah 1,10 dolar mungkin telah berlebihan, kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com.

"Itu adalah langkah yang sangat cepat dan curam, jadi saya pikir kita melihat beberapa aksi ambil untung dan juga beberapa pembalikan berdasarkan itu," katanya.

Terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk euro, dolar melemah 0,851 persen menjadi 98,276, setelah mencapai puncak 22 bulan pada Senin (7/3/2022).

Pasar juga menyambut baik penurunan harga-harga komoditas yang telah berkontribusi pada lonjakan inflasi dan menambah ketidakpastian seputar ekspektasi pertumbuhan ekonomi.

Minyak mentah Brent anjlok 5,4 persen pada 121,02 dolar AS per barel, setelah sebelumnya jatuh ke level 120,04 dolar AS, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 5,3 persen menjadi 117,14 dolar AS per barel. Keduanya masih naik sekitar 40 persen sejak 23 Februari - sehari sebelum Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina - dan mencapai level tertinggi sejak 2008.

Beberapa investor berpandangan bahwa larangan AS terhadap minyak Rusia mungkin tidak memperburuk kejutan pasokan dan kepala Badan Energi Internasional mengatakan badan tersebut dapat lebih lanjut memanfaatkan stok minyak.

Melonggarnya harga minyak membantu indeks saham utama Wall Street dibuka naik tajam pada Rabu (9/3/2022), dengan para investor mengambil saham yang dihantam oleh kekhawatiran atas sanksi Barat terhadap Rusia.

"Ini tentu saja merupakan langkah pengambilan risiko hari ini di semua pasar," kata Trevisani.

Mata uang Eropa seperti zloty Polandia dan forint Hungaria naik tajam, rebound dari rekor terendah terhadap euro, juga didukung oleh kedua bank sentral menaikkan suku bunga pada Selasa (8/3/2022).

Bank Sentral Eropa akan bertemu pada Kamis tetapi di tengah momok stagflasi, pasar uang memperkirakan pembuat kebijakan untuk menunda kenaikan suku bunga sampai akhir tahun.

"Mata uang Eropa telah berada di bawah tekanan berat selama beberapa minggu terakhir dan beberapa dari penilaian ini mulai terlihat menggeliat," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank di London.

Sterling naik 0,49 persen terhadap dolar menjadi 1,31655 dolar, zloty Polandia melonjak 6,07 persen terhadap dolar menjadi 4,3095 dan forint Hungaria naik 3,62 persen menjadi 342,72.

Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif pada Rabu (9/3/2022) yang mengharuskan pemerintah untuk menilai risiko dan manfaat dari menciptakan dolar digital bank sentral, serta masalah mata uang kripto lainnya, kata Gedung Putih.

Analis memandang perintah eksekutif yang telah lama ditunggu-tunggu sebagai pengakuan nyata akan semakin pentingnya mata uang kripto, seperti bitcoin dan ether, dan konsekuensi potensial mereka untuk Amerika Serikat dan sistem keuangan global.

Bitcoin naik 9,0 persen menjadi 42.260 dolar AS, berada di jalur untuk kenaikan terbesar sejak 28 Februari, sementara ether yang lebih kecil bertambah 6,2 persen menjadi 2.737 dolar AS, juga ditetapkan untuk hari terbaiknya bulan ini.

Baca juga: Euro naik dari terendah 22-bulan karena laporan penerbitan obligasi UE
Baca juga: Minyak melonjak 10 persen di Asia, euro jatuh karena reli obligasi
Baca juga: Euro terperosok di Asia, perang di Ukraina bebani pertumbuhan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022