Bank sentral takut pasar pada pembukaan akan kacau balau dan ini akan menghancurkan banyak bank dan perusahaan investasi
Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia jatuh dalam perdagangan ringan di Moskow pada Jumat (18/3/2022), dengan perdagangan di bursa terpisah stabil di atas 100 terhadap dolar, setelah bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga pada 20 persen dan mengatakan akan mulai membeli obligasi pemerintah OFZ.

Bank sentral mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada Jumat (18/3/2022), sejalan dengan jajak pendapat analis Reuters, menyusul kenaikan suku bunga darurat pada akhir Februari, tetapi memperingatkan inflasi yang lebih tinggi dan kontraksi ekonomi tahun ini, tanpa memberikan perkiraan baru.

Tindakan bank sentral datang untuk mendukung ekonomi yang melemah di bawah tekanan sanksi dari seluruh dunia, yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina akhir bulan lalu.

Presiden AS Joe Biden berusaha mencegah Beijing memberikan dukungan kepada pasukan Rusia dalam panggilan video dengan Presiden Xi Jinping pada Jumat (18/3/2022) ketika pasukan Rusia terus melanjutkan pemboman di kota-kota besar dan kecil.

Rubel berakhir 1,6 persen lebih lemah terhadap dolar pada 104,82 di Moskow dan turun 0,95 persen menjadi 114,80 terhadap euro, sementara naik untuk minggu ini terhadap kedua mata uang tersebut. Rubel telah kehilangan sekitar seperempat dari nilainya selama empat minggu terakhir.

Baca juga: Rubel naik di Moskow, jatuh di luar negeri pada perdagangan bergejolak

Di pasar luar negeri, tawaran rubel terakhir ditunjukkan pada 102,75 per dolar dan diperdagangkan pada 105.

Perdagangan saham di Bursa Moskow telah ditutup selama berminggu-minggu tetapi perdagangan mata uang terus berlanjut.

Gubernur Bank Sentral Elvira Nabiullina yang dinominasikan untuk masa jabatan lain oleh Presiden Vladimir Putin, sebelumnya pada Jumat (18/3/2022) mengatakan bank akan mulai membeli obligasi OFZ ketika Bursa Moskow melanjutkan perdagangan surat-surat itu pada Senin (21/3/2022), berharap untuk membatasi volatilitas.

Evgeny Suvorov, ekonom di CentroCredit Bank, mengatakan bank telah menjelaskan bahwa ini adalah tindakan sementara untuk membatasi risiko stabilitas keuangan, dan tidak mirip dengan skema pelonggaran kuantitatif Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa.

Baca juga: Dolar menguat, dipicu The Fed sebut perlu lebih agresif atasi inflasi

"Bank sentral takut pasar pada pembukaan akan kacau balau dan ini akan menghancurkan banyak bank dan perusahaan investasi," katanya.

Rubel menunjukkan reaksi terbatas terhadap indikasi bahwa Rusia telah menghindari default pada obligasi mata uang asingnya, setelah membayar bunga yang jatuh tempo pada dua obligasi dolar negara yang dilihat sebagai ujian utama setelah pengenaan sanksi yang besar dan kuat.

Sanksi tersebut meningkatkan permintaan mata uang asing, yang mendorong bank sentral untuk melarang penjualan uang tunai dolar dan euro kepada individu di kantor bank.

Sebulan yang lalu, mata uang Rusia diperdagangkan sekitar 76 terhadap dolar dan 85 terhadap euro.

Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada akhir Februari dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya.

Baca juga: Rupiah akhir pekan melemah, pasar fokus kembali ke krisis Ukraina

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022