London (ANTARA) - Nilai tukar atau kurs rubel Rusia mendekati angka 80 terhadap dolar AS pada Senin, sementara indeks saham beringsut lebih rendah karena pasar tidak memiliki momentum baru dan menyaksikan perkembangan di sekitar apa yang disebut Rusia "operasi militer khusus" di Ukraina.

Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan selama akhir pekan belum ada komunikasi diplomatik baru-baru ini antara Rusia dan Ukraina di tingkat kementerian luar negeri mereka.

"Kelanjutan pertempuran aktif dan penghentian negosiasi yang jelas adalah risiko utama bagi aset-aset Rusia melalui risiko sanksi baru," kata Dmitry Polevoy, kepala investasi di LockoInvest.

Pada pukul 07.30 GMT, rubel sedikit berubah hari ini di 79,65 terhadap dolar dan bertambah 0,2 persen menjadi 85,15 terhadap euro.

Fluktuasi rubel secara artifisial dibatasi oleh kontrol modal yang diberlakukan Rusia pada akhir Februari karena sektor keuangan dan ekonominya terkena sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dirancang untuk menghukum Moskow karena mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.

Bulan ini, rubel memperoleh dukungan dari pembayaran pajak karena perusahaan-perusahaan akan membayar pajak dengan rekor 3 triliun rubel (37,50 miliar dolar AS), di mana beberapa perusahaan yang berfokus pada ekspor perlu menjual mata uang asing, menurut analis yang disurvei oleh Reuters.

Di pasar saham, indeks MOEX Rusia (IMOEX) berbasis rubel turun 1,0 persen menjadi 2.402,0 poin, sedangkan indeks RTS (IRTS) berdenominasi dolar turun 0,9 persen menjadi 946,7 poin.

Saham Rusia di Petropavlovsk, yang juga tercatat di London, berkinerja lebih baik di pasar dengan melonjak 3,4 persen menyusul kerugian besar pekan lalu setelah perusahaan tersebut mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk menjual dirinya setelah sanksi terhadap Rusia dan risiko tindakan balasan.

Baca juga: Rubel Rusia melemah dan saham jatuh, seiring lanjutnya perang Ukraina
Baca juga: Dolar menguat setelah data pekerjaan AS lebih kuat, euro melemah
Baca juga: Rusia hadapi risiko gagal bayar, sebut akan berupaya bayar kreditur

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022