Mogadishu (ANTARA News) - Para gerilyawan garis keras Al Shabaab di Somalia mengatakan mereka telah memperoleh peralatan radar dan perangkat keras militer lainnya untuk melawan pasukan Kenya dan Somalia.

Mereka mengatakan, pasukan Kenya dan Somalia memerangi kelompok itu di selatan negara yang dilanda perang tersebut, kata laman jejaring sosial pro-Al-Shabaab pada Kamis.

Klaim oleh kelompok garis keras itu muncul pada saat dugaan pengiriman senjata untuk Al Shabaab telah berkembang dari Kenya dan Eritrea.

Eritrea dituduh mengirim senjata kepada kelompok itu, tetapi negara ini membantah keras tuduhan tersebut.

"Peralatan radar telah dibawa ke beberapa Wilaayaat (provinsi) Somalia untuk mendeteksi pesawat udara musuh yang melanggar Somalia," kata Somalimemo, satu situs yang digunakan oleh Al Shabaab.

Laman itu mengutip seorang pejabat menambahkan "peralatan modern lainnya ditemukan untuk melawan armada pesawat Kenya yang tua".

Para pejabat Al Shabaab tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang di mana kelompok itu mendapat peralatan militer baru tersebut, atau di mana mereka dipasang.

Kenya akhir-akhir ini telah melakukan serangan udara terhadap sasaran-sasaran Al Shabaab di Somalia selatan di mana kelompok itu mengambil kendali.

Sekutu Kenya dan pasukan pemerintah Somalia telah sejak awal Oktober melakukan aksi militer yang bertujuan mengusir para pejuang garis keras dari selatan Tanduk Afrika yang dirusak-perang.

Kelompok ini juga menegaskan, mereka telah meminta pejabat senior militer yang telah pensiun dari bekas pemerintahan Mohamed Siyad Barre untuk menjadi penasehat dan mengambil bagian dalam perang melawan pasukan pemerintah Kenya dan Somalia.

Kelompok pemberontak radikal Al Shabaab pekan ini menampilkan beberapa kapal cepat dan puluhan pejuang yang baru dilatih membawa AK-47, serta pejuang tradisional setempat bersenjatakan tombak, busur dan panah di kota pelabuhan selatan Marka.

Al Shabaab mengulangi ancaman serangan terhadap Kenya untuk mengirimkan pasukan melintasi perbatasan ke Somalia, serta terhadap Burundi dan Uganda, dua negara yang saat ini memberikan kontribusi pasukan untuk misi Uni Afrika yang berkekuatan 9.000 personel di Somalia (AMISOM) yang berbasis di Mogadishu, demikian Xinhua-OANA.

(Uu.H-AK/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011