Mungkin karena informasi dari panitia kurang, sehingga banyak tim pendamping dan peserta SEA Games yang mencari penginapan di luar. Padahal jika mereka menginap di sini, semuanya gratis,"
Palembang (ANTARA News) - Jika melintas jembatan Ampera di Kota Palembang, tengoklah ke arah hilir sungai Musi. Di kejauhan Anda akan menyaksikan sebuah kapal besar berwarna abu-abu. Itulah kapal perang Republik Indonesia (KRI) Tanjung Nusanive.

KRI Tanjung Nusanive saat ini memang tengah bersandar di Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Sedianya kapal itu oleh panitia SEA Games ke-26 dijadikan hotel terapung, tempat menginap panitia dan pendamping tim selama penyelenggaraan SEA Games di Palembang, 11-22 November 2011.

Namun entah mengapa tak banyak anggota panitia dan tim pendamping SEA Games yang menginap di kapal itu. Padahal, menurut Komandan KRI Tanjung Nusanive, Letkol Laut (P) Heri Widodo, yang ditemui ANTARA di Pelabuhan Boom Baru, Selasa (15/11), ia dan seratus anak buah kapal (ABK)-nya sepenuhnya telah siap menerima kedatangan tamu-tamu yang akan menyukseskan hajat besar SEA Games 2011 di Kota Pempek itu.

"Sepenuhnya kami telah siap, bahkan kami telah melengkapi kapal ini dengan perabot baru, peralatan prasmanan baru, mengecat dan membersihkan seluruh bagian kapal. Itu semua khusus kami lakukan untuk menyambut tamu-tamu SEA Games," ujarnya.

Meski KRI Tanjung Nusanive adalah kapal perang, kapal berbobot mati 3.400 ton itu, terlihat cukup mewah. Terdapat tiga kamar VVIP dengan fasilitas luks di kapal tersebut. Kamar-kamar VVIP itu dilengkapi pendingin udara, karpet merah mewah, "spring bed" ukuran "king size" yang nyaman, ruang kerja berinternet, ruang makan dan kamar mandi ber-"bath up".

Juga terdapat 12 kamar VIP, 51 kamar kelas I, 50 kamar kelas II, serta 83 kamar kelas III dan IV, yang cukup representatif untuk dijadikan tempat bermalam.

"Sayang, saat ini belum dipergunakan secara maksimal. Mungkin karena informasi dari panitia kurang, sehingga banyak tim pendamping dan peserta SEA Games yang mencari penginapan di luar. Padahal jika mereka menginap di sini, semuanya gratis," katanya.

Menurut Heri, sebenarnya banyak anggota tim pendamping atau pun pendukung dari berbagai daerah yang membutuhkan penginapan. Namun karena mereka tidak tahu, mereka tak banyak yang menginap di hotel terapung tersebut.

Pengalaman Seru
Sesungguhnya bermalam di KRI Tanjung Nusanive bisa menawarkan pengalaman baru yang seru. Bukan sekedar tidur di kapal saja, tapi penumpang bisa belajar banyak tentang sejarah kemaritiman Nusantara.

KRI Tanjung Nusanive adalah kapal yang sarat pengalaman dalam menjaga wilayah Indonesia. Kapal berjenis Bantuan Angkutan Personil itu telah berlayar ke berbagai pulau di Indonesia, untuk mengantarkan prajurit TNI yang akan bertugas menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.

"Dalam keadaan perang, kapal ini biasanya dipergunakan untuk memobilisasi pasukan di medan pertempuran. Namun di saat damai, digunakan untuk mengangkut prajurit yang bertugas untuk menjaga perdamaian di perbatasan, daerah-daerah bencana, maupun bantuan pasukan lainnya," ujar Heri yang telah mengabdi di kapal tersebut sejak tiga tahun lalu.

Bahkan kapal yang memiliki ukuran panjang 144 meter dan lebar 23 meter itu pernah dipergunakan untuk membantu pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia dan digunakan untuk "mudik basamo" (mudik bersama) oleh warga Minang yang ada di Jakarta dan sekitarnya ke Padang pada Idul Fitri 2011 lalu.

Pengalaman seru bukan didapat hanya saat kita melihat-lihat bangunan kapal yang dibuat di galangan Jos L Meyer, Jerman pada 1984 itu saja, tapi juga bisa diperoleh saat pengunjung bercengkerama dengan ABK KRI Tanjung Nusanive yang ramah-ramah.

Perwira-perwira kapal KRI Tanjung Nusanive adalah manusia-manusia terpilih Indonesia yang kerap kali mendapat tugas mengawal wilayah terdepan Indonesia, dari Aceh hingga Papua.

Mereka adalah teman mengobrol yang baik, yang bisa menceritakan tentang suka-duka dan tantangan menjaga perairan Indonesia yang maha luas itu.

Kapal bernomor lambung 973 juga memiliki sejarahnya sendiri. Nama Tanjung Nusanive, kata Heri, diambil dari nama sebuah tempat di Maluku.

Dulu, Tanjung Nusanive adalah salah satu tempat singgah Laksamana Muda Yosaphat (Yos) Sudarso, sebelum merebut Irian Barat (kini Papua) dari penjajah Belanda. Yos Sudarso, ketika itu merupakan komandan kapal KRI Macan Tutul yang ditugaskan menyergap kapal-kapal perang Belanda di perairan laut Arafuru.

Dalam pertempuran di Laut Arafuru, kapal Yos Sudarso akhirnya tertembak Belanda dan tenggalam, dan Yos Sudarso gugur sebagai kusuma bangsa.

"Setiap kapal perang Angkatan Laut Indonesia memiliki nama-nama yang bersejarah. Bisa nama pahlawan, atau nama-nama tempat yang bersejarah, seperti Tanjung Nusanive ini," katanya.

KRI Tanjung Nusanive dulunya adalah kapal penumpang Kambuna, milik PT Pelni dan dihibahkan kepada TNI AL pada 2005.

Kapal itu dan beroperasi mulai 25 Maret 1984. Saat menjadi kapal sipil, kapasitas kapal adalah 100 orang untuk kelas 1, 200 orang (kelas 2), 300 orang (kelas 3), 472 orang (kelas 4), dan 500 orang (kelas ekonomi). Tapi sekarang kapal itu telah dimodifikasi untuk angkutan bantuan personil angkatan laut.

Selain KM Kambuna, Pelni juga pernah menghibahkan KM Rinjani kepada Angkatan Laut Republik Indonesia (TNI-AL). Setelah dioperasikan TNI AL, KM Rinjani menjadi KRI Tanjung Fatagar dengan nomor lambung 974.

"Keberadaan dua kapal ini akan memperkuat kemampuan armada laut, untuk kepentingan menjaga dan mempertahankan wilayah bahari Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Laksamana TNI Slamet Soebijanto, yang saat itu menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal).

Open Ship
Selama berlabuh di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, KRI Tanjung Nusanive juga mengundang masyarakat umum untuk berkunjung, melihat-lihat kemegahan kapal, sekaligus belajar tentang sejarah bahari dan armada laut Indonesia.

"Kami akan melakukan open ship selama sandar di Palembang. Jadi sambil mendukung Indonesia di SEA Games, pengunjung bisa belajar tentang dunia kemaritiman Indonesia," ujarnya.

Menurut Heri sejumlah sekolah telah mengajukan permohonan berkunjung, selama KRI Tanjung Nusanive di Palembang. Masyarakat umum pun diperkenankan mengunjungi kapal milik angkatan laut Indonesia itu, tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Heri ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal dan mencintai laut, karena bagian terbesar dari wilayah Indonesia adalah laut. "Itu harus kita jaga," ujarnya.

Selain itu para pengunjung juga akan diperkenalkan bagaimana sebuah kapal dioperasikan.

"Masyarakat belum tahu kan, jika untuk menjalankan kapal sebesar ini, dibutuhkan 58 ton high speed diesel (HSD) sebagai bahan bakar selama sehari semalam?" katanya.

Biaya operasinal kapal bisa mencapai Rp350 juta per hari saat kapal berjalan, dan sekitar seperlimanya ketika sedang bersandar.

"Jadi akan banyak pengetahuan yang diperoleh saat masyarakat berkunjung ke KRI Tanjung Nusanive, ujarnya.
(T010)

Pewarta: Teguh Pr
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011