Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak kelompok gerilyawan menghentikan aksi kekerasan, dalam kunjungan mendadak Jumat ke Mogadishu, tempat dia tiba dengan mengenakan jaket tahan peluru.

Ban disambut di bandara Mogadishu oleh Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali dalam kunjungan pertama oleh seorang sekjen PBB ke Mogadishu, yang sering disebut sebagai kota paling berbahaya di dunia, dalam hampir dua dasa warsa.

"Kami menyeru kelompok oposisi Ash Shebaab, yang bersenjata untuk menghentikan aksi kekerasan dan ikut dalam proses perdamaian di negara itu," kata Ban kepada wartawan di Mogadishu setelah bertemu dengan para pemimpin peralihan Somalia.

Setelah melakukan kunjungan singkat ke misi Uni Afrika (AMISOM) di pangkalan mereka di bandara, Pasukan Uni Afrika mengawal dia melewati kota yang sering dilanda ledakan bom itu menuju istana presiden.

Keamanan ketat dan segalanya berada dalam kendali, kata Mohamed Abdirahman Ali, seorang pejabat keamanan pemerintah Somalia.

Dia mengatakan kunjungannya adalah untuk pertama ke Mogadishu sejak tahun 1993, ketika badan dunia itu masih memiliki banyak pasukan perdamaian PBB, yang penggelarannya dianggap gagal dan meninggalkan trauma di kalangan para perencana militer Barat.

Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed, yang sebelumnya dilaporkan tidak berada di negara itu, mengatakan kunjungan itu "mendorong perdamaian dan pembangunan" dan "menunjukkan bahwa keamanan di Mogadishu membaik".

Tetapi kunjungan Ban itu dilakukan pada saat tekanan meningkat terhadap ash Shebab, sementara pasukan pemerintah Somalia kini tidak saja didukung oleh AMISOM di Mogadishu tetapi juga pasukan Kenya di selatan dan serdadu Ethiopia di barat.

Kunjungan-kunjungan para pejabat paling tinggi ke Mogadishu baru-baru ini dilakukan oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan pada Agustus dan Presiden Uganda Yoweri Museveni, yang tahun lalu menjadi kepala negara asing pertama mengunjungi kota Somalia itu sejak perang saudara di negara itu dimulai tahu 1991.

Pasukan Museveni yang menjadi tulang punggung dari AMISOM yang berkekuatan 9.700 personil, yang memungkinkan Pemerintah Federal Peralihan Sharif untuk bertahan tetapi gagal menghentikan aksi perlawanan yang dipimpin ash Shebab.

Separuh dari kontingen itu berasal dari pasukan Burundi tetapi Ban, yang berbicara di Nairobi, Kamis, menyambut baik rencana Kenya untuk menghentikan intervensi militer dan menempatkan pasukannya di bawah komando AMISOM.

Sumbangan Kenya itu akan membantu terpenuhinya kekuatan pasukan itu menjadi 12.000 personil.

Nairobi secara sepihak mengirim pasukan melintasi perbatasannya dengan Somalia selatan, Oktober lalu, dalam apa yang disebutnya satu tindakan menghadapi serangan ash Shebab, yang dituduh terlibat serangkaian penculikan yang memukul sektor pariwisata Kenya.

Ban mengatakan kantor politik PBB untuk Somalia, yang sejauh ini dioperasikan dari Nairobi, akan dibuka di Mogadishu bulan depan.

"PBB juga akan membuka kantor politik di Mogadishu Januari tahun depan," katanya.

Pemerintah transisi Somalia dibentuk di negara tetangga Kenya tahun 2004 dengan mandat lima tahun untuk merukunkan negara yang porak poranda akibat konflik, menyusun satu konstitusi baru dan menylengarakan pemilu.

Kendatipun PBB sejauh ini menolak imbauan Uni Afrika untuk mengambil alih operasi-operasi perdamaian di Mogadishu dan daerah lain di negara itu, badan itu tetap memberikan pelayanan kemanusiaan, walaupun situasi keamanan mencemaskan.

Negara Tanduk Afrika itu tahun ini dilanda kemarau terburuk dalam puluhan tahun dan PBB menyebut Somalia menghadapi krisis kemanusiaan paling buruk dunia, dengan seperempat juta penduduk berada dalam risiko kelaparan.

Badan pengungsi PBB pada November mengatakan sekitar 330.000 warag Somalia mengungsi akibat kelaparan dan konflik di daerah mereka sejak Januari saja menuju negara tetangga termasuk Kenya, Ethiopia, Yaman dan Djibouti.

(Uu.H-RN/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011