Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda menyatakan setuju dengan pendapat mengenai diterapkannya pengamanan yang berlebihan terhadap Menlu AS Condoleezza Rice saat mengunjungi Indonesia. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menlu dalam rapat kerja antara Departemen Luar Negeri (Deplu) dengan Komisi I DPR di gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin. "Seperti sebagian anggota (DPR -- red) saya juga termasuk orang yang kecewa dengan fakta itu. Saya setuju kalau ini berlebihan jadi saya minta untuk diselidiki," kata Menlu. Pernyataan tersebut menyusul sejumlah kekecewaan yang dikemukakan oleh anggota DPR terkait dengan pengamaman kedatangan Menlu AS ke Indonesia, 14-15 Maret 2006, yang disebut-sebut sebagai berlebihan karena melibatkan tentara AS dengan seragam dan senjata lengkap terutama pada kunjungan ke Madrasah Al Makmur di Jalan Raden Saleh Jakarta. Sebelumnya, beberapa anggota Komisi I lainnya juga menyatakan kekesalan mereka terhadap masalah pengamanan, misalnya untuk mengikuti pidato Condoleezza Rice yang dimulai pada pukul 09:00 WIB mereka diminta sudah tiba di tempat pada pukul 07:30. "Kami datang sebelum pukul 07:30. Kami diperiksa seperti di Bandara, bahkan lebih ketat dari Bandara, harus mengantri lebih dari setengah jam untuk bisa masuk ke ruangan. Setelah masuk ke ruangan, tidak boleh keluar, seperti dipenjara, padahal ruangan JCC sangat dingin," ujar salah seorang anggota Komisi I Yudi Krisnandi. Menanggapi permintaan sejumlah anggota Komisi I agar Menlu mengajukan nota diplomatik yang menyatakan keberatan atas peristiwa itu, Menlu mengatakan bahwa Deplu masih akan menyelidiki kejadian itu. "Masalah mengenai pengamanan tamu kenegaraan berbeda-beda setiap negara. Di Australia atau Jepang misalnya boleh membawa tentara sebanyak dimau tetapi dilarang membawa senjata, sedangkan di AS boleh membawa senjata tetapi terbatas. Untuk kasus kemarin akan kami selidiki dahulu bagaimana kesepakatan antara keamanan Indonesia dengan pihak AS," ujarnya. Menlu juga menjelaskan kalau pengamanan tamu kenegaraan di Istana Negara akan dikoordinasikan dengan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres). Sementara itu, demi keamanan Rice saat bertandang ke Madrasah Al Makmur maka dilakukan pemeriksaan keamanan yang berlapis oleh aparat keamanan AS bagi seluruh orang bahkan kepada setiap pewarta foto dan kameramen TV yang meliput kunjungan Menlu AS itu. Wartawan foto ANTARA, yang termasuk di antara belasan jurnalis dan kameramen TV yang diizinkan Kedubes AS untuk meliput acara di madrasah itu melaporkan, setiap orang harus melepas tali pinggang dan sepatu ketika melewati alat deteksi keamanan, dan seluruh peralatan foto pun diperiksa dan dicoba. "Tali pinggang dan sepatu harus dilepas saat hendak melewati alat deteksi keamanan. Lalu di dalam (kompleks madrasah), kita dicek lagi sama aparat keamanan AS itu. Kamera dijepret berapa kali, dicek `flash`, lensa dan `zooming`-nya. Kalau memakai dua lensa, dua lensanya dicoba oleh mereka," katanya. "Mereka harus tahu fungsi setiap barang yang kita bawa," katanya. Para fotografer dan kameramen kemudian dibagi ke dalam empat kelompok dan dimasukkan ke dalam ruangan-ruangan yang telah ditentukan. Tak seorang pun pewarta tulis dari media cetak dan elektronika dalam dan luar negeri diizinkan meliput acara di madrasah itu. Di madrasah itu, Menlu Rice yang turut didampingi Dubes B Lynn Pascoe dan direktur USAID mengumumkan pembuatan acara "Sasame Street" versi Indonesia, sebuah program pendidikan TV anak-anak yang populer di dunia. Beberapa jam sebelum rombongan Menlu AS datang, pengamanan di kawasan itu dilakukan dengan ekstra ketat. Sekitar 300 orang personel polisi dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat, serta dua unit gegana telah menyisir bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1924 itu. Pihak kepolisian juga menghentikan sementara arus kendaraan, sehingga jalan di lokasi itu diperuntukkan hanya satu arah yakni dari arah Menteng-Salemba Raya. Dari pihak Kedutaan Besar (Kedubes) AS sendiri, satu regu "secret service" juga melakukan tugas pengamanan secara ekstra waspada. Siapapun tidak bisa mendekati kompleks, minimal dari jarak 10 meter. Untuk bisa masuk ke kompleks, para pengunjung harus bisa menunjukkan surat undangan dan melalui pemeriksaan di "security door". Pengamanan yang ekstra ketat dalam rangkaian kunjungan dua hari Menlu Rice ke Jakarta itu juga dapat dilihat dari pengerahan sekitar 1.500 personel kepolisian ke berbagai lokasi strategis di ibukota.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006